Wednesday, December 15, 2010

BUMI PALESTIN

Bumi Palestin
bernafas tersekat-sekat dalam cengkeram onak berbisa
merentasi keluasan gurun pasir cukup sukar
seakan tak menemukan lagi daun-daun malam
yang gugur di lidah kelu

anak-anak di dadamu terdera terus
agenda busuk zionis
yang telah lupus kemanusiaan
yang terlampau sempurna kebiadaban
ditindas di segenap sudut
ekonomi, kesejahteraan, kemerdekaan
setiap detik berbicara
bumi para anbia ini bermandikan darah
yang tumpah
begitu mudah
begitu murah

bumi Palestin
tersedu di langit berawan kelabu
seperti semalam juga, hari ini masih menunggu
kalau ada angin yang datang
lalu menyingkirkan awan duka
ke daerah paling jauh dan tersunyi
seperti terselit di doa-doa putih
kaum muslimin

Mohd Adid Ab Rahman
Selandar, Melaka
[Tersiar di Harakah 3 – 5 Disember, 2010]

DEMI MENGGENGGAM SEKUNTUM MAWAR KASIH-NYA

tubuh-tubuh pasir diinjak matahari yang berang, terdera perih
perumpamaan seruan cinta yang tidak disahut
berkumpul membentuk seonggok kecewa di hati
menjadikan aku seringkali bermimpi
nanti suatu ketika menakluki seorang insan yang tersenyum
tak pernah selesai meniti setiap degup ombak laut
atau menemukan seseorang yang berada di rumah berasa lapang;
sang hamba dengan rindu menyahut panggilan kaabah
kemudian pulang bersama haji mabrur
memang buruan para solihin
yang kasihnya pada Tuhan begitu ranum
yang jaraknya dengan Tuhan sudah tenggelam
di lautan sunyi terdalam

aku tetap tabah menelan kepahitan hidup
redha dengan setiap apa yang ditakdirkan
seperti tetamu-tetamu Allah yang bertamu di Baitillah
memeriahkan musim haji
telah merengkuh jarak perjalanan yang jauh
tinggalkan kampung dan keluarga tercinta
harta kekayaan & pelbagai perhiasan dunia
demi menggenggam sekuntum mawar kasih-Nya
dan diri telah tersingkir dari segala dosa

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[Selektif Disember, 2010]

LAGU SEPI

malam menggelarkan lagu sepi
pada daun-daun yang terlupa untuk bergetar
setelah angin tersangkut di dahan lena

lagu sepi
yang menikam tangkai hati
sesakit belati
mengirim seribu tusuk
ke rusuk

ketika dalam peluk malam begini
rinduku berbunga
pada keroncong kebahagiaan
kaki jejak pulau
setelah sekian lama
berhempas pulas melawan badai ombak
di tengah lautan

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, 77500 Selandar,
Melaka.

[tersiar di Majalah urtv 15 – 31 disember 2010]

NYALA KERINDUAN DARI SURIA BERSINAR DI UFUK TIMUR

i
nyala kerinduan dari suria bersinar di ufuk timur
membangkitkan orang-orang kampung pergi ke sawah ladang
tak habis-habisnya memburuku perumpamaan seluruh ombak
bersalaman dengan pantai kukuhkan bangunan persahabatan
dalam setia gunung bak pahlawan gagah berdiri
menjaga kesejahteraan negeri sejak dulu

ii
sekelompok kedamaian membunga dan dentangan kebahagiaan
menaungi hidup yang kian memendek cerita
kini masih berada di kejauhan kaki langit
yang selalu kau pandang
bagai hari semalam
tak tercapai tangan

iii
ketika darah sunyi menetes
aku selalu didatangi sekawan tanya
bilakah agaknya kebahagiaan hakiki mengembang mawar
yang sekian doa terselit pada kelopaknya
akan benar-benar meletus?
agar aku pun dengan cukup gairah menyesapinya
lalu lupakan segala kesengsaraan seperti kelabu
yang seringkali menodai awan musim tengkujuh
sesakkan nafas hidup nelayan, petani dan penoreh getah!
kemudian kerinduan menjadi sangat nyenyak
di katil hati

Karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[Tersiar di Majalah Perempuan Disember Bil 246 2010]

AKU DIBURU SEKELOMPOK INGIN

pernah seikat mawar tersodor dari kata-katamu
penuh pesan dan nasihat menjadi sejuta pelita
di dada malam yang kelam; dekat dengan orang-orang beradab
dalam warna langit yang tertulis surat cinta membiru;
o…damainya tubuh disentuh angin berhembus santun;
sesungguhnya bening malam di perdesaan
tak pernah bersikap kasar; jiwa para solihin
tak mungkin menyikapi si pembantah yang tolol
hanya memiliki jambatan yang menghantarnya ke kota perhambaan
sudah lama patah & rebah

aku diburu sekelompok ingin
berkobar-kobar dan membesar
meninggalkan lorong-lorong suram dengan talak tiga
yang penuh dosa
yang menghitamkan raut wajah peribadi
lantaran pada keinsafan
kutemukan seberkas suara suci
: sebelum langkah hidup terhenti
ciptakan sebuah keakraban dengan Tuhan
sisa usia menyusup ke kepak ketakwaan

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[tersiar di majalah SELEKTIF november, 2010]

DAN MOGA ESOK MASIH ADA

petang pun hilang dikuasai bekas jejak di jalan seusai hujan; hatimukah
yang leka memburu seribu lupa pada Tuhan yang selalu baik pada setiap insan
namun segelintir saja yang terjaga
belum tiba masanya terlambat untuk dibenah dan dikemaskini jarum jam
biar sungai-sungai yang kering bangkit dari lena menyuburkan tanah
beri laluan pohon-pohon untuk kembali terlibat berbunga dan berbuah manis
menjelma taman cantik
seperti siulan bahagia dan getaran keikhlasan
yang berpakat mencantikkan jiwa

langit kelihatan mulai terpasang bintang-bintang bagai sedang jatuh cinta
menggelar demonstrasi gumpalan cahaya yang mengagumkan
aku bersyukur
dapat menikmati kecantikan alam sekali lagi seperti semalam
dan moga esok masih ada

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar,
77500 Selandar,
Melaka.

[Tersiar di Mingguan Warta Perdana edisi 7 November, 2010]

BERTAHUN-TAHUN AKU DUDUK DI PELABUHAN

Bertahun-tahun aku duduk di pelabuhan hati berasa duka, sunyi dan resah
seperti daun-daun diusik angin siang atau malam
sambil membayangkan esok kan datang memberi segenggam sinar baru
menikmati enaknya kemurungan langit melesap di jiwa, menyisakan kebahagiaan
tak terkira
seperti kita menghabiskan waktu di meja makan tengah hari
semalam masih kuingat!

Karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[tersiar di Majalah JELITA edisi November 2010]

KABAR YANG KUTERIMA HARI INI

Kabar yang kuterima hari ini seperti pisau
yang mengirimkan sejuta tajamnya; gejala kesakitan
yang menyerang segala urat di tubuh
bunga yang dididik sejak mula tumbuh
sepenuh kasih sayang
kini direnggut orang
hatiku luka
dan aku menyebutnya catatan hitam
penuh cerita kapal-kapal karam di lautan
atau keindahan alam sewenang-wenangnya dilukakan
atas nama pembangunan

rama-rama cantik hinggap di kelopak mawar yang pemurah
peristiwa yang selalu dilihat
saat pagi
kini hatiku tidak mampu menggambarkannya
kecuali jejak-jejak duka
yang mengumpul sejuta bulan gerhana

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Taman Jus Perdana, Melaka.
[TERSIAR DI MEDIA TERKINI, EDISI 1 NOVEMBER 2010]

SATU PENCARIAN

aku telah habiskan jutaan langkah
yang tak disapa lelah
di kepanjangan permatang waktu yang membentang
buat menggapai harapan di bulan purnama
terselit cinta suci pada Ilahi
atau langit pagi terhindar pengalaman kecewa
berkecimpung ria di kolam tenang; peristiwa berbunga
sungguh memberi kebahagiaan tersendiri
bila dikenang
atau saat terkenang

namun sampai hari ini
belum ada ledak isyarat
satu pencarian ini akan mengunci pintu
seperti engkau mengatup buku
lalu tidur lena di ranjang
menyembunyikan saat lenyap derita
pada nyala api yang padam

takdirkah yang kejam
atau memang aku yang tak faham?

Karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Selandar, Melaka.

[Tersiar di HARAKAH edisi 11 – 14 Oktober, 2010]

NAMUN MANUSIA SERINGKALI LUPA

setiap burung yang terbang
membawa getar rindu pulang ke sarang
tak terlepaskan seperti catatan rahasia peribadi
sehingga tak pernah jumpa embun di bawah terik matahari

namun manusia seringkali lupa berdoa pada Tuhan
serta degupi segala titah-Nya
hati telah menikmati sarapan tergoda bisikan duniawi
dengan keayuan seorang gadis
yang cuma sekedar burung yang hinggap di ranting pohon

senja adalah tempat burung memberhentikan karyanya
membayangkan usia sudah tercampak ke wilayah tua
namun manusia seringkali lupa tentang satu peristiwa
saat kematian boleh meletus bila-bila masa saja

karya,
MOHD ADID AB RAHMAN
SMK Selandar, Melaka.

[Tersiar di MINGGUAN WARTA PERDANA 9 OKTOBER 2010]

DOA YANG SELALU MENGALIR DARI SUNGAI KE SUNGAI

O…Tuhan
aku tidak pernah ingin berlari ke arah orang-orang suka membantah
bak matahari muncul di jendela saban pagi
atau daun terpaksa gugur bila sampai waktu dalam janji
dengan segala apa yang ditakdirkan
walaupun kadangkala ternyata tak memenuhi
keluasan padang kehendak di puncak hati

aku pun tidak upaya menghantar diri
dalam suasana mengumpati segala langkah hidup
yang telah dijalani

doa yang selalu mengalir dari sungai ke sungai
tanpa muara
Engkau mempersampai langkah kaki ke wilayah lebih taat
dan berikan laluan untuk lebih sibuk beribadat
bukan kerana bermimpi manis menakluki syurga-Mu penuh nikmat
bukan kerana gentar akan kedahsyatan azab-mu di akhirat
tapi demi hati benar-benar mewarnai ikhlas
pada bening embun yang menderas

O…Tuhan
demi cinta syahdu di langit biru
yang memiliki ketenangan yang terdalam
surat-surat-Mu kubaca berulang-ulang
tanpa koma, noktah
sampai aku lelah
dan rebah

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[Tersiar di HARAKAH edisi 4 – 7 Oktober, 2010]

KINI AKU SETIA MENDEGUPI HATI MENGHARAP

memandang kaki langit sayup-sayup menguasai jauh jarak
perumpamaan waktu terus berkobar dan memburu
tiada jeda hujan mengeja pelita padam
masih tersisa lagikah di hatimu, tuan
nyala marah dan dendam?

o…bertahun-tahun aku mengembara di keluasan padang sengsara;
sungai mengalir terbatuk-batuk dalam kepungan musim garing; bulan
di bucu awan bersinar gerhana memburu ranting kering
bersama ketabahan angin
sanggup merempuh apa saja halangan
untuk mencari seberkas sinar yang dipenuhi sejuta mawar
mengerumuni nasib
seperti dikelilingi orang-orang ketawa; tatkala dosa tumpah
di ujung taubat nasuha

kini aku setia mendegupi hati mengharap
besok akan lahir menyogokkan cahaya suci terselit di celah doa
meredamkan rindu
yang sudah terlalu lelah
oleh jauhnya berjalan

karya
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[TERSIAR DI UTUSAN MELAYU MINGGUAN, 4 OKTOBER 2010]

Sunday, September 5, 2010

FAJAR SYAWAL YANG BERKACA DI UFUK TIMUR

bicara bayu membelai singgah di ranting diam seperti petang
sangat garang baginya; masa lalu dipenuhi lampu-lampu pecah
berserakan di lantai dan sayap-sayap patah; kebahagiaan
terbelenggu pada langit yang menggambar sejumlah wajah kelabu;
nasib luka tersedu-sedu

kini aku rindu memeluk orang-orang ketawa; sejuta kembang
tumbuh mesra di matamu
menerbitkan kasidah merdu semanis fajar Syawal di ujung muara
suara Ramadan
saat manis kemenangan dalam perjuangan
mematahkan setiap ranting godaan nafsu
yang selalu ingin merosakkan citra kemanusiaan sang hamba Tuhan
yang hakiki
(semoga besok masih ada jalan
yang menyampaikan aku di tebing Ramadan
yang telah banyak mengasuh dan mendidik
menjadi insan yang matang)


fajar Syawal yang berkaca di ufuk timur
adalah salam wangi yang dihulur
maniskan hubungan persaudaraan; segumpal sosok insan
yang telah gugur daun-daun dari pohon dosanya
lalu menjelma mawar putih wangi; “Selamat hari raya
Idul Fitri” ucapmu penuh kebiruan langit
lewat telepon
seperti memanggilku segera pulang
mendapatkanmu yang masih biru
yang setia menunggu

aku kan degupkan ombak-ombak di laut
memburu hilang segala pedih peri
cengkam luka ini

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[TERSIAR DI HARAKAH EDISI 6 – 9 SEPTEMBER 2010]

ADA SAATNYA MENJADI BIJAKSANA DENGAN MEMILIH BERDIAM DIRI

ada saatnya menjadi bijaksana
dengan memilih berdiam diri di batu nisan
yang selalu bermurah hati menyedarkan kita tentang maut
begitulah juga putihnya rambut; si bocah kecil
jiwanya seputih kapas tak tercela
tidur pulas dalam buaian (nanti terjaga, tunjukkanlah
jalan yang mampu menyampaikannya ke wilayah selamat
dan bergaul dengan golongan orang-orang dalam rangkum redha-Nya
dengan penuh tanggungjawab dan kasih sayang
yang tetap menyala tak bertepi)

bila kata-kata sedang ingin menjadi kasar
malang lagi terdengar kurang ajar
bila hati dijentik kebimbangan akan tercetusnya perbalahan
yang memang tidak diingini
bila marah tengah membuak-buak;
taufan menggila
boleh meruntuhkan jembatan persahabatan

karya,
Mohd Adid Ab Rahman

[Tersiar di Majalah Perempuan Bilangan 244, September 2010]



BULAN GERHANA BERTENGGEK IBA DI LANGITMU

bulan gerhana bertenggek iba di langitmu
mematahkan ranting-ranting dari pohon yang tumbuh
di taman bahagia; menyerupai segelintir anak-anak muda
yang kesasar memilih lorong
lalu tersesat dalam seribu temaram yang berserakan
di senja terakhir

raut wajah & bibirmu telah puluhan tahun
menyentuh musim-musim garing; bercerita tentang seribu asap
memadati ruang udara
menyesakkan nafas
dalam paru-paru ada seribu bulan gerhana
sabarlah dalam ketekunan
menghantarnya ke wilayah kehampaan
lidah kelu
nadi membeku
selepas itu raikan sejuta bunga yang segar, cantik dan menarik
yang datang memadamkan rindu dan dahaga bertahun-tahun menggigit
o…damainya hidup
selalu tertuang dalam doa
yang tak menemukan kebekuan
pada sungai yang berhenti mengalir
melengkapi lanskap musim kemarau

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[Telah tersiar di Majalah Perempuan, edisi 244 September 2010]

SEPERTI HALNYA SUNGAI PANJANG

Seperti halnya sungai panjang
rinduku mengalir namun entah di mana ia menyimpan muara
menjadi rahsia paling dalam tak terbongkarkan
saat mengirim maut siapakah yang tahu?

Sebuah perjalanan yang merempuh sejuta liku
mencelahi sejuta batu
dengan ketabahan batu
sebelum mencapai lenyap sudah derita lara
bermesra dengan kemenangan di ujung kaki
seperti bulan muncul di balik mega mendung
menghulurkan salam penuh bersahabat;
seikat keinsafan tumbuh di kalbu
ingin bebas dari kesesatan di hutan;
suara suci mengajak balik ke pangkal jalan.


karya,

Mohd Adid Ab Rahman
Selandar, Melaka

[Telah tersiar di Majalah Perempuan Sept 2010. Bilangan 244]



BUMI PALESTIN

Bumi Palestin
bernafas tersekat-sekat dalam cengkeram onak berbisa
merentasi keluasan gurun pasir cukup sukar
seakan tak menemukan lagi daun-daun malam
yang gugur di lidah kelu

Anak-anak di dadamu terdera terus agenda busuk zionis
yang telah lupus kemanusiaan
yang terlampau sempurna kebiadaban
ditindas di segenap sudut
ekonomi,kesejahteraan, kemerdekaan
setiap detik berbicara
bumi para anbia ini bermandikan darah
yang tumpah
begitu mudah
begitu murah


Bumi Palestin
tersedu di langit berawan kelabu
seperti semalam juga, hari ini masih menunggu
kalau ada angin yang datang
lalu menyingkirkan awan duka
kedaerah paling jauh dan tersunyi
seperti terselit di doa-doa putih
kaum muslimin


karya,

Mohd Adid Ab Rahman
SMKSelandar, Melaka.

[Telahdisiarkan dalam Harakah, edisi 23 – 26 Ogos 2010]



BUKALAH KEMBALI PINTU DARI KITAB TUA

senja telah mengambil jejak daun gugur
menutup pintu rumah sebaik malam seperti sepasang matamu
saat lena; kitab tua tergeletak pucat di atas lemari usang
berhabuk (kecuali barudibuka ketika ada jiran
atau saudara yangmenutup usia)
kini benar orang-orang pada leka bermain-main
dengan gemerlap duniawi
yang pasti kan padamnanti
seperti bara dihempas hujan deras
sungguh telah mengirim sejuta tikam ke hati
kisah buruk di langitkelabu
pembuangan bayi takberdosa ke longgokan sampah
seumpama nasi basi;kanak-kanak mati
gara-gara didera keterlaluan melepasi angkasa perikemanusiaan
nilai sebuah kasih-sayang telah meranggas dari hati manusia
akhlak tercacah jahiliah kembali membudaya di sela-sela zaman kini

bukalah kembali pintu dari kitab tua
minta segala nasihat dan petuanya
yang tetap segar
agar kaki melangkah terarah
di bawah curahan cahaya matahari
begitu jelas antara jalan kebenaran dengan jalan kesesatan
dengan menggunakan pertimbangan akal yang waras
pasti kau mampu tetapkan pilihan yang paling tepat

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[Telah tersiar diMedia Terkini edisi 1 September 2010]


Komen · SukaTidak suka · Kongsi

RAMADAN MUNCUL LAGI DIJENDELA

sejuta mawar ketawa dibibir kekasih
memaknai harapan membiru langit
adalah rumah masa depan di dalamnya lenyap sudah jerit derita
seperti bara dihempas hujan deras
senantiasa mengisi relung ingatan
menyuburkan pohon-pohon rindu
di kebun kalbu

Ramadan muncul lagi dijendela
bersama segenggam kabar gembira
hanya sekelompok besarkelip-kelip
menerbitkan pesta cahaya
terjaga di tengah muara kelam
begitu jelas cukup menawan
senada dengan seberkas bianglala
berenang-renang leka di kolam bening tenang
hati siapa disapa hidayah-Nya?

ganjaran pahaladiperlipatganda
hingga tak terkira dalamgenggam rahasia-Nya
doa-doa dimakbulkantentu
pintu syurga dibukaseluas-luasnya
pintu neraka dikatupserapat-rapatnya
para syaitan derhaka dan pengkhianat dirantai hina
apakah kau tidak mampu membelenggu nafsu
yang selalu memburu diri?

Ramadan,
munculmu di jendela sangat kunanti
pergimu ke titik lenyap tentu ditangisi
akan menyisakan sebuah rindu
yang terlalu murni
menguasai hati

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Selandar, Melaka

[TERSIAR DI BERITA HARIAN, 21 OGOS 2010]

SUNGAIKU SEGERA MENGALIR TERINGAT

suatu ketika ada sepasang gerimis

bagai sayap-sayap teriris

bagai atap yang tiris

menyusup masuk ke kampung kami

yang sedang-sedangnya menikmati secawan petang permai

menggambar peristiwaterluka

lalu sungaiku segera mengalir teringat

matamu basah dihentam hujan dari musim tengkujuh

yang besarkan gelora di laut china selatan

nasib nelayan kecil kembali membusuk

dan aku pun datang membawa setangkai bujuk



nun si pengemis tergeletak lirih

di sudut paling tak terpandang

dijepit derita kemiskinan yang bukan dipinta

serta kebimbangan membadai apakah besok masih ada

perut berisi seperti burung pulang saban petang

lalu sungaiku segera mengalir teringat

bangsaku di rumah semalam diseksa sang penjajah

menjadi pengemis ditanah air sendiri

kini sudah berakhir;solat disudahi dengan salam

rutin kewajiban seorang hamba terhadap Tuhan



ketika menekuni ibadah puasa bulan Ramadan

lalu sungaiku segera mengalir teringat

orang-orang kelaparan di wilayah dilanda musim kemarau

atau peperangan sedang berkecamuk

Tuhan, kami sangat bersyukur

hidup di sebidang tanah ini

belum pernah berasa lapar dahaga



karya,

mohd adid ab rahman

smk selandar, melaka.



[tersiar di harakah edisi 20 – 22 Ogos 2010]



RAMADHAN MENDEPANGKAN SAYAPNYA

I

Ramadhan mendepangkan sayapnya dengan cukup ramah sang kekasih

yang tak miskin senyuman bak ungkapan keikhlasan hati yang menyatu

dengan warna embun

bersama titah perintah suci daripada yang Maha Kuasa



II

bagi mereka yang rindunya menyentuh langit biru

pada seikat redha dan seikat cinta-Nya pasti saja berlumba-lumba

melompat ke ruang menekuni ibadah puasa

dengan sabar yang luas laut sukar menemukan tepi

dan iman yang memiliki getar lembut tersyahdu

terpesong dari dedaun gugur mengukur takdir

atau seperti pengembaraan pengabdian sang 'abid

yang tak sudah-sudah



III

pada bulan puasa kutemukan seorang soleh

yang banyak menyimpan nasihat dan teguran

senantiasa mendidik jiwa yang batu menjadi bayu

bersinar molek dipinjam dari sejuta bintang

yang terpasang santun di kelapangan langit

selalu juga mengingatkan aku tentang orang-orang di seberang

terjepit kemiskinan tegar

terbiasa digigit dahaga lapar



IV

Ramadhan datang bersama kereta

akan menghantar siapa saja yang mahu

ke wilayah para muttaqin



karya,

mohd adid ab rahman

smk selandar, melaka.



[tersiar di Utusan Melayu Mingguan: 16 Ogos, 2010]



KAUPUN PERGI KE ARAH TIADA

kaupun pergi ke arah tiada; tenggelam ditelan ombak
seperti matahari mencampakkan diri ke dalam kolam seribu sunyi
peristiwa yang selalu muncul saban senja terakhir; kuntum rahasia
yang manis mengisi cahaya abadi
di bibir gadis itu

telah meninggalkan riak-riak pilu
dan seribu hati disayat sembilu
terpaksa kukunyah
bersama mata yang basah
walaupun kutahu pasti
esok matahari kan terbit meriahkan pagi
burung tak mungkin terbang bila sayapnya patah
daun-daun terlentang di lantai
kalau kembali ke ranting semula
adalah satu pembohongan yang besar
dan tak boleh dimaafkan

pemergianmu hari ini memberi isyarat
setiap yang hidup pasti mengakhirkan ayat-ayat
apakah kita tidak terlibat berasa cemas
setiap orang tak ada yang lepas
entah besok atau lusa
mendegupi gilirannya siapa pula?

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[SIASAH 8 - 14 OGOS, 2010]

SEBIDANG TANAH PUSAKA

Sebidang tanah pusaka
ditumbuhi kembang yang membawa lagu damai
hijau subur membayangkan akhlak terpuji
pakaian peribadi orang-orang kita sejak dulu
meniti megah di permatang kemajuan

gaya hidup masyarakat sudah berubah warna
dari gelap kepada wanginya tamadun manusia
mengikut arus zaman; janji tercetus lembut
di antara dua hati yang dimabukkan cinta
o…cukup mempesonakan

kita telah sepakat menuangkan bakti suci
pada sebidang tanah pusaka demi cinta
biar tidak mengalami peristiwa hitam mendung;
daun gugur; bulan gerhana di ranting kering
dan keperitan sungai mengalir di musim garing
kita tak kan biarkan
sejarah luka di jalan-jalan semalam
sebidang tanah pusaka
tergadai dan terseksa di bawah kerakusan
sang penjajah

karya,
mohd adid ab rahman
smk selandar, melaka.

[TELAH DISIARKAN OLEH BERITA HARIAN
24 JULAI, 2010]

MALAM BASAH SELEPAS HUJAN

malam basah selepas hujan begitu sepi dan dingin
di wajahmu sudah sekian musim mengeja luka
seperti kenangan yang tersangkut di ranting kering
pohon digodam kemarau yang bertamu
dalam keangkuhan tak tertahan
seringkali mencacah hatiku

harapan yang mengisi kolum hati
akan menghilang bersama sejuta kecantikannya
seperti asap
seperti air yang meresap
jika tidak dikejar dengan tekun dan sabar
atau tak sanggup bertarung dengan onak & ribut
yang menterjemahkan kepayahan-kepayahan yang menyakitkan

sekuntum mawar tersedu-sedu
di atas pusara
keindahannya pada seribu pujian dan sanjungan
terlanjur menyentuh layu sebelum hari benar-benar senja
milik siapa?

Karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Tmn Jus Perdana, Melaka

[Tersiar di Majalah Perempuan Julai 2010]

KAMI RINDU KETAWA

kami bertungkus-lumus tanpa terminal bas
di kota yang miskin ketenangan yang hanya sedikit tersisa di genggaman malam
demi mendirikan rumah masa depan; sekuntum mawar tersenyum sang gadis
paling santun wangi sekelilingnya tak dimakan rayap
(yang sulit ditemukan di sela-sela daun
zaman moden dan serba canggih)
kalau pun tak mampu memilikinya
setidak-tidaknya kau berada di kerusi rasa kagum

kami sadar
hidup bukan untuk bermalas dan terhindar dari kesibukan berusaha
nescaya mimpi kan menjauh di dunia tak nyata! Tapi satu perjuangan
yang meminta pengorbanan demi pengorbanan yang tak bertepi
pada sebuah langit

kami sudah lama mengembara di keluasan padang sengsara
saban hari mengejar satu waktu kan menutup pintu
kami rindu ketawa
sesedap sinar purnama!

Karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[Berita Harian 17/7/2010]

AZAM BULAN

azam bulan mengendap dalam batinku; seberkas
pesan yang tersorot dari lidah ustaz
: menyingkirkan sampah, najis dan duri dari jalan
adalah sikap terpuji asuhan para nabi
dan selalu insaf
jika usia sudah mengicau burung bertenggek di ranting tua
yang sebentar lagi bakal menemukan pelita terpadam di sudut

pasti hari ini aku lebih baik dari semalam
dan esok lebih baik dari sekarang
senantiasa berlomba untuk memeluk hamba yang taat
& jiwa kaya takwa
jalani amanah sang khalifah sebaik-baiknya di bumi ini
sebagai mana termaktub dalam peta kehendak-Nya
itulah azam bulan
di langit


karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Melaka.
[TERSIAR DI MEDIA TERKINI 15 JULAI, 2010]

PADA HAL INDUK AYAM PUN TAHU

si comel itu
yang belum ada calitan warna dan bercorak
baru saja sampai di dunia dari wilayah yang jauh
namun dicampakkan ke longgokan sampah duka
bersama sifat kasihsayang pemberian Tuhan bagi setiap ibu
dengan segala rasa tak perlu
lalu berlalu dengan langkah seribu
dengan harapan dapat mengunci pintu malu
lantaran terlanjur mengandung secara tak rasmi
gara-gara semalam gairah mengenyangkan nafsu
o…sungguh buruknya tingkahlaku manusia
menyimpang dari lorong-lorong Nabi

pada hal induk ayam pun tahu
mengembangkan kepak melindungi anak-anak kecil
memaknai arti kasihsayang yang sejati
yang tak berbagi-bagi

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Selandar, Melaka.

[Tersiar di Utusan Melayu Mingguan 5 Julai, 2010]

KEPADA BENING SUBUH YANG MENGALIR

kepada bening subuh yang mengalir ke arah muara,
aku hanyutkan hati; puisi yang garing
tergeletak di lantai;
padang tandus; orang-orang lalai
sungguh tak berguna di muka bumi ini
biar melukis langit pagi
yang sarat warna dan cahaya takwa

akan kuhadapkan dada kepada sepanjang sisa perjalanan
sampai bersua orang-orang yang patuh
yang tak lepas rangkum kasih dan redha-Nya

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Tmn Jus Perdana, Melaka.
24/11/2009

[Tersiar di Harakah 2- 4 JulAI, 2010]

SUNGGUH NGILU

1
sedu-sedan burung-burung kehilangan rimba
tempat tumpah darahnya gara-gara tangan-tangan manusia
yang hanya mementingkan perut dan poket sendiri
sungguh ngilu
orang-orang leka bermain-main di padang permainan
berhibur dan bersukaria semacam rama-rama & bunga
lupakan surau
tak ingat untuk berdoa pada Tuhan

2
lihatlah raut wajah di depan kaca
bukankah berkembang hanya sehari saja
selepas itu gugur
tinggalkan pohon
sungguh ngilu
jika diri dipenuhi debu-debu
yang jijik

3
sebelum penyesalan jadi sia-sia
sebelum airmata tak sedikitpun berguna
andamlah hati
dandanlah wajah
sehingga tampil sebagai sang hamba yang taat
menjadi insan yang sangat dirindui-Nya

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[Tersiar di Harakah edisi Jumaat 25 Jun 2010]

MENUJU KEBEKUAN

matahari kian menguasai catatan suram
memadam pelita di sudut; alangkah baiknya
perangai buruk paling sempurna ditinggalkan
demi merengkuh diri yang berharga
di puncak gunung
yang sarat bunga-bunga kemuliaan

langkah kaki
menuju kebekuan
pada saat yang sangat pasti
sebelum embun pagi
yang basahkan daun secara percuma
menemukan lidah kelu
biarlah diri bersama sejumlah bekalan yang mencukupi
keperluan di hari yang abadi

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Selandar, Melaka.

[TERSIAR DI MINGGUAN WARTA PERDANA,
27 JUN, 2010]

Saturday, July 24, 2010

DALAM PENYESALAN BERPIJAR

sejauh perjalanan hidup membentang permatang panjang
aku tak henti-henti diburu
seribu dosa semacam mewarnai budaya buruk
lantaran iman yang berdegup
di deretan tanaman tumbuh terbantut
di tanah gersang yang begitu sayup dari hujan
bak pulau di tengah lautan
harapan pasti jadi sia-sia belaka
jika belum sanggup merempuh pelbagai badai & ombak

aku seringkali disapa suara
yang sarat kebimbangan yang kian membesar
dosa-dosa yang terlonggok
akan memperhebat contengan hina ke raut wajah
yang pasti mengundang sejuta murka-Mu
paling kutakuti

dalam penyesalan berpijar
aku menadah tangan pada-Mu, Tuhan
agar nanti Engkau temukan aku jalan terhindar seribu buruan dosa
dan berikan kekuatan iman yang gunung
agar segala suruh-Mu dapat kusempurnakan bilangannya
dan aku pun lahir sebagai sang hamba
yang mampu mencuri kasih rahmat-Mu

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Melaka
[tersiar di Majalah Wanita, julai 2010]

MENUJU IMPIAN DI SEBERKAS PELANGI

di rumah sunyi orang-orang enggan bercakap
seakan menyimpan rahsia besar di dasar paling dalam
inilah ruang geleparkan kenangan di api yang terjaga nyalanya

saat terkenang
pilu berkembang
dan airmata berlinang

aku menyulam doa wangi untuk diri
agar Tuhan tidak lagi menghantar aku ke sudut
nasib terjepit di sela-sela gerhana matahari
alam diselubungi kelam
semalam adalah hari-hari sukar bagiku
seperti kedamaian yang membanggakan wilayah ini
tiba-tiba terusir oleh keributan segerombolan insan lemah
berdemontrasi di jalan menuntut dikenyangkan perut yang lapar
tinggalkan cemas dan takut yang saling tumbuk-menumbuk
mengisi setiap relung perasaan penduduk

o… Tuhan
sorotilah setiap langkah kaki
menuju impian di seberkas pelangi
dalam rangkum ridha-Mu yang membiru

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Melaka.
2 Ogos, 2009

[Tersiar di URTV edisi 15 – 30 Jun, 2010]

PERADABAN MANUSIA TERLUKA SUDAH

i
bintang-bintang gemerlap
mengukur getar kegembiraan seseorang
jelas terbayang di air tenang
kini telah semakin meranggas dari wajahmu
oleh jauhnya perjalanan usia
usah bersedih, kawan
apakah kau tidak melihat
embun di pinggir daun
satu demi satu mengering saat matahari
semakin memanjat pohon tinggi?
lalu terimalah takdir Ilahi
seperti sarapan pagi
dengan penuh lapang dada

ii
namun kebejatan Yahudi
tak pernah mengurangkan angkanya
terhadap orang-orang di Palestin
saban hari bermandikan darah merah
tak pernah peduli
membutatuli
o…
peradaban manusia terluka sudah

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Selandar, Melaka.

[Berita Harian,Sabtu 12 Jun, 2010]

TERKENANG AYAHKU

Terkenang kesungguhan ayah mengerjakan sawah
demi untuk memintarkan anak-anak; doa-doa yang dilafazkan
dari rumah keikhlasan dan wanginya harapan
yang tersangkut di dahan pagi yang lunak
getar kesopanan orang-orang timur
tapi kini kian mencapai pucuk-pucuk layu

Perubahan cuaca ayahku tak pernah hiraukan
tetap membanting tulang dengan segenap tenaga yang ada
namun sikapnya segera berubah jika aku malas mengaji
“seorang insan mahu jadi apa besok
kalau tanpa ilmu?” ucapnya tegas

Setiap kali musim menuai tiba
ayahku tersenyum semanis sawah menguning
lalu syukurnya tak pernah lupa
dilepaskan ke langit

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Selandar, Melaka.


[Disiarkan di Utusan Melayu Mingguan 7 JUN, 2010]

DARI SOROTAN MATAMU

aku mencium bau kemeriahan pesta cahaya;
segolongan orang bergembira
setelah letih menangis didera derita
antara kemiskinan dan kegagalan dalam hidup;
menyerupai pelangi yang berkecimpung manja di kolam
yang airnya berwarna keikhlas hati
dan akhlak terpuji memang cukup mempesonakan
kini justeru kian dilupakan orang

dari sorotan matamu yang tak berhenti mengembara
dan bercerita mesra bukan tentang kekejaman rejim zionis
ke atas anak-anak Palestin
o…begitu mudahnya melukakan peradaban kemanusiaan
kecuali masa depan yang manis selalu singgah di senyumanmu
kata-katamu bagai bulan yang tak pernah kasar pada malam
saat menerimanya hatiku berbunga-bunga

lihatlah langit waktu malam
padat kerdipan sejuta bintang
aku menemukan-Mu, Tuhan
yang Maha Berkuasa dan Maha Penyayang

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[UTUSAN MELAYU MINGGUAN
21 JUN, 2010]

MENUJU KEBEKUAN

matahari kian menguasai catatan suram
memadam pelita di sudut; alangkah baiknya
perangai buruk paling sempurna ditinggalkan
demi merengkuh diri yang berharga
di puncak gunung
yang sarat bunga-bunga kemuliaan

langkah kaki
menuju kebekuan
pada saat yang sangat pasti
sebelum embun pagi
yang basahkan daun secara percuma
menemukan lidah kelu
biarlah diri bersama sejumlah bekalan yang mencukupi
keperluan di hari yang abadi

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Selandar, Melaka.

[TERSIAR DI MINGGUAN WARTA PERDANA,
27 JUN, 2010]

SUNGGUH NGILU

1
sedu-sedan burung-burung kehilangan rimba
tempat tumpah darahnya gara-gara tangan-tangan manusia
yang hanya mementingkan perut dan poket sendiri
sungguh ngilu
orang-orang leka bermain-main di padang permainan
berhibur dan bersukaria semacam rama-rama & bunga
lupakan surau
tak ingat untuk berdoa pada Tuhan

2
lihatlah raut wajah di depan kaca
bukankah berkembang hanya sehari saja
selepas itu gugur
tinggalkan pohon
sungguh ngilu
jika diri dipenuhi debu-debu
yang jijik

3
sebelum penyesalan jadi sia-sia
sebelum airmata tak sedikitpun berguna
andamlah hati
dandanlah wajah
sehingga tampil sebagai sang hamba yang taat
menjadi insan yang sangat dirindui-Nya

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[Tersiar di Harakah edisi Jumaat 25 Jun 2010]

KEPADA BENING SUBUH YANG MENGALIR

kepada bening subuh yang mengalir ke arah muara,
aku hanyutkan hati; puisi yang garing
tergeletak di lantai;
padang tandus; orang-orang lalai
sungguh tak berguna di muka bumi ini
biar melukis langit pagi
yang sarat warna dan cahaya takwa

akan kuhadapkan dada kepada sepanjang sisa perjalanan
sampai bersua orang-orang yang patuh
yang tak lepas rangkum kasih dan redha-Nya

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Tmn Jus Perdana, Melaka.
24/11/2009

[Tersiar di Harakah 2- 4 JulAI, 2010]

PADA HAL INDUK AYAM PUN TAHU

si comel itu
yang belum ada calitan warna dan bercorak
baru saja sampai di dunia dari wilayah yang jauh
namun dicampakkan ke longgokan sampah duka
bersama sifat kasihsayang pemberian Tuhan bagi setiap ibu
dengan segala rasa tak perlu
lalu berlalu dengan langkah seribu
dengan harapan dapat mengunci pintu malu
lantaran terlanjur mengandung secara tak rasmi
gara-gara semalam gairah mengenyangkan nafsu
o…sungguh buruknya tingkahlaku manusia
menyimpang dari lorong-lorong Nabi

pada hal induk ayam pun tahu
mengembangkan kepak melindungi anak-anak kecil
memaknai arti kasihsayang yang sejati
yang tak berbagi-bagi

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Selandar, Melaka.

[Tersiar di Utusan Melayu Mingguan 5 Julai, 2010]

AZAM BULAN

azam bulan mengendap dalam batinku; seberkas
pesan yang tersorot dari lidah ustaz
: menyingkirkan sampah, najis dan duri dari jalan
adalah sikap terpuji asuhan para nabi
dan selalu insaf
jika usia sudah mengicau burung bertenggek di ranting tua
yang sebentar lagi bakal menemukan pelita terpadam di sudut

pasti hari ini aku lebih baik dari semalam
dan esok lebih baik dari sekarang
senantiasa berlomba untuk memeluk hamba yang taat
& jiwa kaya takwa
jalani amanah sang khalifah sebaik-baiknya di bumi ini
sebagai mana termaktub dalam peta kehendak-Nya
itulah azam bulan
di langit


karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Melaka.
[TERSIAR DI MEDIA TERKINI 15 JULAI, 2010]

KAMI RINDU KETAWA

kami bertungkus-lumus tanpa terminal bas
di kota yang miskin ketenangan yang hanya sedikit tersisa di genggaman malam
demi mendirikan rumah masa depan; sekuntum mawar tersenyum sang gadis
paling santun wangi sekelilingnya tak dimakan rayap
(yang sulit ditemukan di sela-sela daun
zaman moden dan serba canggih)
kalau pun tak mampu memilikinya
setidak-tidaknya kau berada di kerusi rasa kagum

kami sadar
hidup bukan untuk bermalas dan terhindar dari kesibukan berusaha
nescaya mimpi kan menjauh di dunia tak nyata! Tapi satu perjuangan
yang meminta pengorbanan demi pengorbanan yang tak bertepi
pada sebuah langit

kami sudah lama mengembara di keluasan padang sengsara
saban hari mengejar satu waktu kan menutup pintu
kami rindu ketawa
sesedap sinar purnama!

Karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[Berita Harian 17/7/2010]

SEBIDANG TANAH PUSAKA

Sebidang tanah pusaka
ditumbuhi kembang yang membawa lagu damai
hijau subur membayangkan akhlak terpuji
pakaian peribadi orang-orang kita sejak dulu
meniti megah di permatang kemajuan

gaya hidup masyarakat sudah berubah warna
dari gelap kepada wanginya tamadun manusia
mengikut arus zaman; janji tercetus lembut
di antara dua hati yang dimabukkan cinta
o…cukup mempesonakan

kita telah sepakat menuangkan bakti suci
pada sebidang tanah pusaka demi cinta
biar tidak mengalami peristiwa hitam mendung;
daun gugur; bulan gerhana di ranting kering
dan keperitan sungai mengalir di musim garing
kita tak kan biarkan
sejarah luka di jalan-jalan semalam
sebidang tanah pusaka
tergadai dan terseksa di bawah kerakusan
sang penjajah

karya,
mohd adid ab rahman
smk selandar, melaka.

[TELAH DISIARKAN OLEH BERITA HARIAN
24 JULAI, 2010]

MALAM BASAH SELEPAS HUJAN

malam basah selepas hujan begitu sepi dan dingin
di wajahmu sudah sekian musim mengeja luka
seperti kenangan yang tersangkut di ranting kering
pohon digodam kemarau yang bertamu
dalam keangkuhan tak tertahan
seringkali mencacah hatiku

harapan yang mengisi kolum hati
akan menghilang bersama sejuta kecantikannya
seperti asap
seperti air yang meresap
jika tidak dikejar dengan tekun dan sabar
atau tak sanggup bertarung dengan onak & ribut
yang menterjemahkan kepayahan-kepayahan yang menyakitkan

sekuntum mawar tersedu-sedu
di atas pusara
keindahannya pada seribu pujian dan sanjungan
terlanjur menyentuh layu sebelum hari benar-benar senja
milik siapa?

Karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Tmn Jus Perdana, Melaka

[Tersiar di Majalah Perempuan Julai 2010]

Tuesday, June 1, 2010

KADANGKALA

I
kadangkala aku selalu saja terbaca surat biru
yang tersangkut di bibir perempuanmu
di sana kutemukan nasihat secantik rerama
memamerkan sayap penuh warna yang mempesonakan
dan ketinggian akhlak di langit
yang mampu menyedut segala puji & sanjung ramai orang
namun zaman kini berjaya membuktikan
anak-anak muda bersikap tak acuh
selain leka membancuh diri dengan budaya barat

II
kadangkala aku ingin saja menjadi air jernih
yang kauminum saat haus
yang kaumandi saat badan berasa kotor
asalkan kita dapat menikmati arti kebersamaan
seperti hujan lebat petang kemarin
memaksa kita berfikiran serentak
menyuruk masuk ke bawah teduh
di mana ada

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.


[Tersiar di Majalah URTV 1 Jun 2010]

Wednesday, May 19, 2010

AWAN KELABU YANG BARU SAJA GHAIB

awan kelabu yang baru saja ghaib dari senja
aku gemar membandingkannya dengan segumpal kepiluan
yang biasa bertamu di kolong langit
betapa hati yang terlibat dengan pengalaman putus cinta orang muda;
seseorang dengan penuh perhatian mengasuh mawar
sejak permulaan wujud, sebaik berkembang mekar
tiba-tiba dipetik orang. namun malang lagi
bayi baru lahir belum tercemar
lalu dipercampak ke longgokan sampah
tanpa belas kasihan

tadi kukira hujan kan datang
menyingkirkan berita-berita buruk
di laman kemarau
yang menyeberangi lautan luas
namun rindu tak selalu menyamai takdir Tuhan
o..dugaan ternyata memang sangat pahit
di sini perlukan kesabaran yang paling tinggi

awan kelabu yang baru saja ghaib
dekat dengan pusara
aku menemukan seorang nelayan
lemas bersama perahu tua yang karam
lautan merupakan padang perjuangannya
antara maut dan kemenangan

karya,
Mohd Adid Ab Rahman

[Tersiar di MINGGUAN WARTA PERDANA, 23 MEI 2010]

AKU DI SINI

dalam dakap keremangan petang

sunyi bertenggek di ranting

menyusup seribu kata

masuk rumah lalu mengunci pintu

kecuali matahari masih leka

bermain-main dengan cahayanya

seperti sedang merindu dan menunggu

yang sudah meniti jalan beribu batu

namun masih terbaca catatan awan di langit

hati yang tabah ikhlas

sejernih embun yang biasa kau sentuh

aku di sini

menikmati kecantikan alam

gambarmu ketika muda dulu

kurniaan Allah

(Tuhan, jadikan aku

lelaki yang tahu betapa mendaki gunung

dan berdiri di puncaknya memaknai kesyukuran!)

karya,

Mohd Adid Ab Rahman

Selandar, Melaka.

[Disiarkan di MEDIA TERKINI edisi 1 Jun, 2010]

Saturday, May 15, 2010

JIKA KAU IRI MELIHAT ORANG

jika kau iri melihat orang kayaraya
mengapa tidak berusaha melombong emas?

jika kau iri melihat orang berpangkat tinggi
mengapa tidak berusaha menggali telaga ilmu?

jika kau iri melihat orang ketawa
mengapa tidak berusaha membina rumah bahagia?

Karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Selandar, Melaka

[Tersiar di Berita Harian, 15 Mei 2010]

Monday, May 10, 2010

KELOPAK-KELOPAK SENYUM YANG BERBAKI DI BIBIRMU




Kelopak-kelopak senyum yang berbaki di bibir perempuan pujaan
masih mampu menyerupai kesahduan harapan yang bulan
bertengger selesa di ranting pohon milik kebun hati
seperti burung yang cantik dan sihat
saat pagi mengadap dan menatap matahari dengan manja si remaja
menggelarkan hari baru
sebelum terbang mencari rezeki hari ini
di mana ada

Aku tak terbaca catatan cerita lain
kecuali buakan kebahagiaan bak dering telefon di sudut
ada seorang bidadari penyirna gigitan duka
manisnya mimpi jadi realiti
saat kunikmati
sebuah lagu merdu
menghiburku yang berdegup tanpa cahaya

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
[TERSIAR DI HARAKAH, 10 - 13 MEI 2010]

Friday, April 30, 2010

SEMOGA ENGKAU TETAP SELESA DALAM PELUK TUHAN

SEMOGA ENGKAU TETAP SELESA DALAM PELUK TUHAN

1
saban hari
sebaik sampai rumah dari bendang ilmu
engkau tak pernah lupa bertanya
dengan nada suara kasihsayang
apakah aku sudah makan
engkau tak pernah lupa bertanya
apakah aku sudah mandi dan tukar pakaian
engkau tak pernah lupa bertanya
dengan penuh tanggungjawab
apakah aku sudah berdoa pada Tuhan

2
semalam
ketika aku pulang dari menyanyi dendang perantau
demi mencari sinar sebanyak mungkin bagi malam-malam
demi mencari balut sebanyak mungkin bagi luka-luka
engkau pun pulang ke mana asal datang
tanpa isyarat
tanpa selamat tinggal terucap

3
putih doaku mengiringi
semoga engkau tetap selesa dalam peluk Tuhan
melebihi manisnya pelukmu bagiku sewaktu kecil


karya,.
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[TERSIAR DI BERITA HARIAN, 1 MEI 2010]

Monday, April 26, 2010

SUARA AZAN

suara azan sejak mula kukenal dia, menghafal setiap helai dari tubuhnya
tak pernah berubah warna rupa setia meniti daun-daun muda
sesegar angin yang membisik
tak sedikit pun disentuh musim garing; pahitnya merentasi
seluas gurun ratapan

menyeru insan-insan tanpa jemu
dalam suara ombak yang selalu menyapa pantai
tidak sekalipun terdorong mengikuti matahari
yang terbenam di ufuk barat
menuju ke jalan yang menemukan kebenaran yang jelas
semisal satu titik sinar muncul di tengah-tengah rimba kelam

namun ternyata secuil saja yang sempat mendengar
lalu bergegas ke rumah Tuhan
untuk menghantar sebuah sujud terikhlas
selebihnya semacam langsung tak terlibat
leka bermain-main dengan sinar duniawi
yang sifatnya sementara
yang kan pasti sirna
bila tiba waktu yang telah dijanjikan

suara azan dari surau tua di ujung kampung itu
sudah sebati dengan sunyi
kerana bilal sudah menutup usia
akan adakah seseorang yang datang
menggantikan tempatnya?
agar aku tetap dapat menghirup suara azan
agar aku tetap tidak lupa pada Tuhan
yang selalu baik pada insan

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, 77500 Selandar,
Melaka.

[disiarkan di UTUSAN MELAYU MINGGUAN
PADA 26 APRIL, 2010]

Friday, April 16, 2010

PERPISAHAN

saat matahari perlahan-lahan mengisi keranda
di senja terakhir
membentuk suara kebenaran yang dikaramkan dalam laut sunyi
tak ada seorang pun yang berani menyalakan api
di depan sang penguasa yang zalim!
lalu alam terhantar ke padang
yang padat seribu kelam
semacam perasaan yang diserbu seribu rasa berkabung
namun kesabaran menerima apa saja ketentuan Tuhan
pasti jiwa sentiasa tercapai menikmati
lagu-lagu ketenangan tak terkira

perpisahan adalah sebahagian kehidupan
seperti satu warna di antara pelbagai warna yang mendegupi alam
saat tercetus
maka bunga dan irama yang pernah ditebarkannya
memang selalu bermain-main di halaman rumah tak lupa;
pergerakan yang tak menemukan kebekuan
atau daun yang gugur
peristiwa yang biasa kita lihat
namun sedikit saja yang mahu memahami

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[Disiarkan di Mingguan Warta Perdana,
25 April, 2010]

Thursday, April 15, 2010

YANG PASTI

Suatu waktu yang tak pasti
yang pasti kita kan terdiam di batu-batu gunung
lupakan gelap-terang hari
tak sanggup mengungkapkan walaupun satu cerita
kecuali degupan doa
mungkin saja dari keluarga terdekat
atau sahabat yang setia dan akrab

Suatu waktu yang tak pasti
yang pasti kita kan terdiam di batu-batu gunung
hanya sedikit saja yang menyedari
lalu bertungkus-lumus mengumpulkan bekalan
untuk hidup di wilayah lain yang baka
selebihnya lena semacam tak meyakini
tentang kewujudan hari kemudian
yang pasti

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Jasin, Melaka.

[Telah disiarkan di Harakah pada 12 - 15 April, 2010]

Saturday, April 10, 2010

KAMI MENUNGGU

kami menunggu dekat pelabuhan
kami tak dimakan putus asa
seseorang datang membawa obor
di tengah malam begini
yang telah menyembunyikan jalan-jalan
untuk sampai wilayah
yang kaya kebahagiaan
semisal bunga paling segar
bernafas dalam udara pagi

kami menunggu
kami tak juga jemu-jemu
bak ombak mencium pantai
seseorang datang bersama perahu
yang sarat suara keadilan
untuk melelapkan segala bentuk penindasan
agar kami yang kecil
terbela selayaknya hidup sebagai manusia
yang punya maruah diri
yang berhak juga jadi merpati

kami menunggu
kami bersama harap dan rindu
seseorang datang
akan datang

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Tmn Jus Perdana, Melaka.
[TERSIAR DI MINGGUAN WARTA PERDANA,
18 APRIL, 2010]

Sunday, March 28, 2010

BENARLAH CERITA KAWANKU SUATU PETANG

(I)
benarlah cerita kawanku suatu petang
orang-orang kini sanggup meniti permatang waktu yang panjang
tanpa berasa lelah bercakap ria di depan tv
sehingga terlupa menatap wajah diri di depan kaca
telah tergelincir ke gaung tanpa harga diri;
ladang terbiar ditumbuhi pohon-pohon liar
pemiliknya boleh jadi telah meninggal
atau bersikap malas & tak bertanggungjawab?
bak hati diselubungi seribu asap
terkucil sentuhan nur hidayah

(II)
benarlah cerita kawanku suatu petang
saf-saf di surau kini kian bertambah kurang
setiap waktu. oh…ngilunya peristiwa
seperti nyala pelita condong menyurut
memberi isyarat sebentar lagi
ada burung terbang ke wilayah sunyi
mengikut matahari tenggelam
dalam waktu yang sama
orang-orang berbondong-bondong ke lapangan
ada konsert atau pesta tanpa diseru;
di halaman segerombolan semut
berlumba-lumba menghantar diri ke sudut
di mana gula terlonggok

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Tmn Jus Perdana, Melaka.

10 Ogos, 2009
[Tersiar di Harakah, 29 Mac – 1 April, 2010]

Saturday, March 20, 2010

AKU DI SINI

dalam dakap keremangan petang
sunyi bertenggek di ranting menyusup seribu kata
masuk rumah lalu mengunci pintu
kecuali matahari masih leka bermain-main dengan cahayanya
seperti sedang merindu dan menunggu
yang sudah meniti jalan beribu batu
namun masih terbaca catatan awan di langit
hati yang tabah ikhlas
sejernih embun
yang biasa kausentuh

aku di sini
menikmati kecantikan alam
gambarmu ketika muda dulu
kurniaan Allah
( Tuhan, jadikan aku
lelaki yang tahu
betapa mendaki gunung dan berdiri di puncaknya
memaknai kesyukuran ! )

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Tmn Jus Perdana, Melaka.

[TERSIAR DI MEDIA TERKINI PADA 1 APRIL 2010]

Friday, March 12, 2010

DI ANTARA RIMBUNAN YANG MENGHIMPUNKAN SERIBU SUNYI

sunyi dari sekian nisan di perkuburan pahlawan yang tak dikenang;
daun-daun bergetar ria tak wujud saat angin terlipat rapi
dalam lemari persembunyian; hanya si bocah kecil pulas
leka mengejar rama-rama di taman bunga mimpi;
rahasia jangan sampai memecah ombak di pantai
apalagi yang menyodorkan keaiban
contengan arang ke muka

di antara rimbunan yang menghimpunkan seribu sunyi
sungaiku mengalir ke muara ada sosok tubuhmu di sana
yang sudah lama ditinggalkan
namun kuyakin pasti tetap bersama doa yang tak luntur
kasihsayang seorang ibu sentiasa bercerita
sepanjang jejak degup jantung

o…aku jadi sangat bimbang
bila nanti tak juga mampu membeli senyum di bibirmu
walau kau tak pernah menunggu
tapi aku selalu dijentik hati berasa takut
besok kubawa pulang sebutir bintang
kau tak sempat memandang
lantaran waktu sudah datang
menjemputmu ke mana pulang

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Selandar, Melaka
14 Januari, 2010
Mingguan Warta Perdana
14 Mac, 2010

Wednesday, February 24, 2010

DALAM MENGINGATMU YANG TIADA

aku selalu mengingatmu sebagai sebuah harapan bulan
yang sedang-sedangnya remaja
sinarnya lunak merimbun kesopanan budaya timur
yang sejengkal-sejengkal kian dilupakan orang
waktu duduk sendirian seperti menunggu
pelabuan sepi dalam hati yang paling diam seringkali bertanya
penuh kocakan bimbang
: bilakah kapal itu kan datang?

dalam mengingatmu yang tiada
tak mampu begitu subur
menolak bermain-main denganmu di bendang kenangan
kemesraan yang meletus di sana adalah bahasa yang paling cantik;
tirai kelam suram tercarik
oleh kehebatan sinar suria pagi
bagai kokokan ayam jantan
saban dinihari begitu setia dan tulus
membangunkan insan
yang tengah nyenyak seperti berkata
: sujudlah kepada-Nya sedalam-dalamnya
dan rasakan ketenangan jiwa
yang tersempurna
yang terkaya !!

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Tmn. Jus Perdana, Melaka.
TERSIAR DI MAJALAH I, FEB 2010

JEJAK SENYUMMU

JEJAK SENYUMMU

Jejak senyummu yang pernah singgah di sekuntum mawar; keriangan
jelas kelihatan yang memancar di wajah adik saat menerima berita gembira permohonan telah dimakbulkan. Syukurlah !
kini telah meniti matahari yang sedikit demi sedikit
menyembunyikan diri di balik pintu
tatkala menjelang malam

O…
penderitaan apakah yang sedang kaugeluti?
ingin sekali aku segera datang
bersama perahu yang sarat ubat dan balut bagi luka
agar supaya senyummu
tetap dapat kunikmati
seperti sarapan pagi

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Gemenceh, N.Sembilan.
Terbit di Suara Keadilan 23 Feb.2010

MASA TERUS SAJA BERJATUHAN DI LANTAI

Masa terus saja berjatuhan di lantai
denyuti nadi, namun tak pernah mengalami betapa orang-orang terlupa
agaknya sudah tua penyakit yang tak dibekalkan ubat sampai kiamat
tetap mencatat segala peristiwa
sekalipun pernah aku marah padamu suatu hari
lantaran tak tepati janji

Masa terus saja berjatuhan di lantai
bersama daun-daun usia
yang masih berbaki ini
sewajarnya didandan wajah pengantin
biar berbau sedap
seperti baru dikeluarkan dari botol minyak wangi
dosa-dosa lampau telah dipadamkan
seperti bara api
dihempas musim hujan

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Tmn Jus Perdana, Melaka.
4/11/2009
Tersiar di Media Terkini 1 Mac 2010

MIMPI WANGI

bibirmu mengabarkan senyuman mekar pada suria pagi
mengandungi balang kaca yang padat sejuta gula-gula
berlari cergas di lorong-lorong kenangan
yang mengendap dalam batinku; seperti kisah orang-orang
berakhlak terpuji; kata-kata lemah-lembut tidak menjentik
dan merugikan sesiapa
sungguh perlu ditakluki setiap insan; pesan ibu tercinta
di suatu pagi
yang memiliki perigi
yang paling jernih dan dingin
mampu melesapkan kekotoran
dahaga yang menggigit diri
“ke mana pun kau pergi
tetap tak jauh dengan Tuhan
nescaya akan selamat
berjaya sampai akhirat”

aku mengagumimu
lantaran telah mampu memporak perandakan duka
lelapkan malam-malam yang menghimpit paru-paru dan nasib
kini terpasang sejuta pelita yang jelita
adalah mimpi wangi
yang kauburu bertahun-tahun

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Selandar, Melaka.
25 Oktober, 2009

Telah tersiar di Utusan Melayu Mingguan
22/2/2010

Sunday, February 7, 2010

BIADABNYA ENGKAU

Biadabnya engkau
melampau
saudara-saudaraku di Palestin
engkau minum darahnya
engkau kunyah mamah hatinya
penuh ‘kegilaan’ dan ‘barua’

Biadabnya engkau, Israel
menodai tanah Palestin
yang sebenarnya engkau tidak ada hak sedikitpun
engkau hanya pendatang yang menumpang

Buat selama-lamanya
engkau adalah tetap musuh kami orang-orang Islam
musuh Allah !

Karya,
Mohd Adid Hj Abd Rahman,
SMK Selandar, Melaka.
Tersiar di Berita Minggu

AKU SUDAH TERJAGA

Wahai Tuhan
hulurkan seberkas kewangian para malaikat
pada hati yang dirayapi debu-debu mazmumah
yang menyebabkan aku hidup
mengikut arus deras
ke muara kesesatan
tanpa warna akhlak biru
di bawah suluh nur-Mu

Aku sudah terjaga dari tidur
bernapas dalam kabus keangkuhan
yang mengundang kemurkaan-Mu
lalu segala debu ini
Engkau bersihkan
untuk kemudian akupun menjelma wangi
dalam sebuah pengabdian sejati
seorang hamba
yang diredai

Karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, 77500 Selandar,
Melaka.

Utusan Melayu Mingguan,
16 Mac, 2009

AKU INGAT PADAMU

bulan meniti permatang keterpujian akhlak
memaniskan sosok peribadi para solihin
petiklah mawar-mawar segar sebagai budaya yang tak terpisahkan
memang pada permulaannya dirasakan sangat sukar

dalam rangkum kelam begini ketika cahayamu
terlipat tepat pada waktunya, rindu pun melompat
dari bilik persembunyian
terhadap belaian jari jemarimu yang lembut mesra
pasti saja kusut seribu benang di kepala
menaiki kapal karam dalam lautan sepi terdalam
o…keroncong ini sungguh mententeramkan sekali!

aku ingat padamu dengan segala kecantikan yang kautakluk
bukan kerana cinta anak muda yang selalu ada pasang-surutnya
namun mengagumi kekuasaan dan kebijaksanaan Tuhan
yang mengujudkanmu di alam ujud

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Melaka.
Mingguan Wasilah 11 Julai, 2009

AKU DATANG MEMBERI SETANGKAI KEMBANG

seribu asap mengepul dan ladang-ladang subur mengunyah kepahitan
senja itu menghantar jilatan api
berada di langit hatimu
aku datang memberi setangkai kembang; mengukir harapan
memang terlalu manis dan kebahagiaan menjadi buruan setiap orang.

inilah tanda rimbunnya pohon persahabatan dan persaudaraan
biar apa yang kaurasa saat ini menghilang di balik pintu
yang tersimpan sejuta gegar sunyi;
bayang-bayang tiada lagi berdegup
ketika matahari benar-benar tertutup


Karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka

Mingguan Wasilah,
24 Mei, 2009

Sunday, January 31, 2010

SEPERTINYA PERNAH KITA DENGAR

sepertinya pernah kita dengar

berapi-api sang pemimpin berbicara soal demokrasi

namun suara rakyat ditapis dan diawasi; kebebasan

mimbar menemukan pintu terkunci;

merpati kepatahan sayap tak bisa terbang lagi


sepertinya pernah kita dengar

begitu lunak sang pemimpin berbicara soal kesopanan

namun diri sendiri terlibat curang selingkuh

masuk bilik yang tadinya dianggap perkara tabu

o…memang tak tahu malu


karya,

Mohd Adid Ab Rahman

Selandar, Melaka


Telah disiarkah di Harakah 1 -4 Februari, 2010

Saturday, January 30, 2010

2009

masa berlari terus...

tanpa perhentian bas

tiada kapal berlabuh

hujan pun teduh

kini musim baru 2009

bertenggek di ranting

membeberkan hari-hari

yang penuh liku dan duri

untuk dijejaki kiranya dengan diri yang gagah

dada penuh waspada & tabah

nyala semangat waja yang menjulang

agar supaya tidak lagi kecundang

dalam mengejar sekuntum mimpi yang mawar

hidup yang terhormat

tiada lagi air mata orang-orang bangsat!

di musim baru ini

kita menghitung kembali jejak-jejak

yang tertinggal di jalan semalam

melihat wajah terpantul di cermin

lantas bacalah

kekurangan berapa?

yang salahnya apa?

kita kutip kuntuman senyum yang gugur

semanis bintang-bintang ketawa di kolong langit

tanpa bertangguh

sebab betapapun cantiknya harapan

jika tiada usaha gigih akan jadi sia-sia belaka

lihatlah buih-buih yang memutih molek

akhirnya pecah-berderai

apa gunanya?

Nukilan,

Mohd Adid Ab Rahman

SMK Selandar.

UTUSAN MELAYU MINGGUAN

JANUARI 2009

SURAT-SURAT-MU


tiada yang lebih indah

selain keindahan ukiran bahasa surat-surat-Mu

tiada yang lebih bahagia

selain kebahagiaan sehabis membaca surat-surat-Mu.

surat-surat-Mu kubaca berulang-ulang

rindu dan iman kian bertambah

kebahagiaan jadi melimpah-ruah

surat-surat-Mu akan kubaca berulang-ulang

sampai masanya aku pun terpaksa berangkat pulang.

Karya,

Mohd Adid Ab Rahman

SMK Selandar, Melaka.

Tersiar di Wasilah: 8 – 14 Nov 2009

KITAB TUA

kau kitab tua

seperti di rumah semalam juga

tergeletak sepi tanpa disentuh

sepertinya bernafas dalam udara padat seribu debu

lalu orang-orang giat membina hidup

tanpa nasihat dan petuamu

mereka lebih betah memilih tuntutan nafsu

yang berjanji hidup disaluti madu

padahal nasib buruk padam seribu lampu

bagi sebilangan insan

yang mahu bermesra dan mengakrabimu

dengan rasa sangat perlu

dada terisi pasti

diri terias akhlak terpuji

hidup selamat & berkat

di dunia & akhirat


karya,

Mohd Adid Ab Rahman

SMK Selandar, Melaka.

Telah tersiar di Harakah 16/11/2009

DALAM SENYUMMU

Dalam senyummu di langit pagi

memancarkan pesan & petua agar perjalanan hidup

tidak menelusuri lorong-lorong kelam

yang menyembunyikan segala kebenaran

aku belum mampu terjemahkan sepenuhnya

apakah itu gamitan cinta orang muda

atau sekadar jambatan mengajakku bersahabat?

namun yang pasti tereja di helaian kertas

sebuah kejujuran yang tak dapat dibeli

dengan emas atau wang.


Aku pun suka dengan bau senyummu

yang sukar kutiru

dalam kabut derita

yang mencengkam hati perasaan

bak langit disinggahi musim tengkujuh

berikan segumpal bimbang pada hati nelayan

dan si penoreh getah

di sudut rumah kemiskinan


karya,

Mohd Adid Ab Rahman

Selandar, Melaka.

24 Okt 2009

Tersiar di Suara Keadilan pada Nov. 2009

BERADA DI PINGGIR KALI

saat berada di pinggir kali

jauh dari segala bising & riuh

tak tidur seorang tua uzur menahan sakit

setia menyertai warna-warna kota;

membludak pendatang-pendatang dari pelbagai pelosok

mendarat di tanah semenanjung

tak terbendung

untuk mencari emas

dan tak kurang memberi cemas

kini dalam rangkum ketenteraman

saat berada di pinggir kali

yang membelah kampungku seperti semalam juga

setia mengalir jernih; ucapan penuh jujur

tak ada penipuan dan fitnah

yang hanya memperbuncah perpaduan ummah

aku teringat rupa rumahmu

yang pernah kupersembahkan cinta paling biru

di celah-celah jejak-jejak jam semalam

kini telah patah dahan pohon

dihempas ribut keras

saat berada di pinggir kali

aku memancing mimpi manis

besok bernikmat dengan sebutir bintang

lalu menyusun langkah menuju tempat

bersama doa

akhirnya waktu datang menyampaikan aku

karya,

Mohd Adid Ab Rahman

Selandar, Melaka.

151109

Telah disiarkan Dalam Tabloid

Konsep Era Pakatan, Bil 14

16 – 31 Disember, 2009

MEMBELI SENYUM DI BIBIR

sepanjang malam kami terus giat menyusun kembali
huruf-huruf yang menggambarkan langkah-langkah tersasul
di jalan kemarin
untuk membeli senyum di bibir
yang memancarkan bunga-bunga wangi
seribu nyanyian pagi
hati yang diselubungi salam sejahtera

kami rindu
perlu meneruskan perjalanan
di padang hidup
yang penuh kehijauan ridha Tuhan
sebelum kami benar-benar sampai perhentian
di mana tak seorang pun yang tersingkir

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

Disiarkan dalam Majalah Jelita
Januari 2010

PAGI

pagi selalu tampil bersama sebutir bintang
kecuali bila langit demam dan terbatuk-batuk
lalu membentangkan padang
buat manusia bekerja menggali lombong emas
menyempurnakan mimpi yang pelangi
hidup sewajarnya
di luar pagar menghuni rumah kemiskinan;
hanya bunga layu
tak siapapun sudi memberi acuh dan prihatin
melainkan orang yang benar-benar menghayati
irama & lirik lagu persaudaraan di bawah satu akidah

kulihat seorang anak muda yang kuat tenaga
di hatinya ada rekah cita-cita mendandan wajah
negara jaya
kadangkadang gadis rupawan yang polos
di kelopak senyumannya terselit harapan
bulan sedang kelihatan manis
dan doa kudus yang kulantunkan setiap seusai solat

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

Suara Keadilan
Disiarkan pada: 29 Dis 2009 – 5 Jan 2010

Monday, January 25, 2010

EL-MAUT

suara derap langkahnya terperangkap dalam jaringan sunyi
di lorong penuh tak mengerti;

seanggit kata-kata terlipat di puncak paling rahsia
tanpa lampu isyarat dan dentang loceng
bila waktunya telah
ia kan sampai di muara secara tiba-tiba
perjumpaan yang cukup tak disangka-sangka
menyebabkan tidak seorang yang terjerumus ke lembah kelupaan
ketimbang yang bertimpuh atas sejadah berzikir waspada

besok pagi matari tak berbohong bangkit
dalam dingin embun; datangnya tak tertahan
mengetuk pintu rumah
kau, aku atau semua orang
tiada yang terhindar menyedut udara Tuhan
(ini pun nikmat yang selalu dilupakan orang untuk disyukuri)

ah…tak kiralah rumah siapa yang dulu diketuk
yang paling inti
perbekalan dan keperluan sudah diperlengkap
ketika ia pasti datang
membawa kita ke mana pulang

karya,
Mohd Adid Ab Rahman’
Selandar, Melaka.

210509

Tersiar di Harakah 11 Jan. 2010

LIRIK SENYUMAN IBU

Menatap lirik lagu senyuman ibu
terselit cuaca pagi yang cerah dan tenang
yang dirindu sejuta burung
bagi memburu rezeki semua perut
Tuhan Maha Pemurah taburkan di bumi
ada suara kasih sayang dan ketabahan
dalam pertarungan melawan duka
lalu jiwaku pun diziarahi seribu bianglala
terhantar ke rumah berasa bahagia

ketika jarak tercipta
bukan sengaja untuk berjauhan
seperti selalu rindu ini
pada bulan mengambang
cahayanya yang lunak
memenuhi kolong langit dalam kalbu

besok aku akan pulang
sebaik saja dapat kutakluki
sebuti bintang
untuk malam-malam kita
agar lirik lagu senyuman ibu
tak mengalami musim gugur
tetap dapat kutatapi
tetap dapat kunikmati

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Media Terkini 1 Februari 2010.

BULAN TAK PERNAH BERSIKAP KASAR

bulan tak pernah bersikap kasar
pada malam bahkan justeru amat pemurah
menaburkan sinarnya yang sedap; mawar tatkala
berkembang mekar menebarkan bau harum;
kata-kata lemah-lembut
penuh nada membujuk dan berhikmah
wajar meriasi diri
lantaran mampu merawat resah,

kecewa dan pilu siapa saja
luka di jari didatangi balut
tawarkan sejuta tawa

sesungguhnya jika bulan tak muncul
bergetarlah rindu di relung malam
penantian jadi sesuatu yang menyakitkan


Karya,
Mohd Adid Ab Rahman
MEDIA TERKINI
Disiarkan: bil 309 1 Jan 2010

SEPERTI HARI-HARI YANG TERTINGGAL DI BELAKANG

dari susunan buku-buku lama di sudut perpustakaan
kutemukan seorang tua yang telah mengumpul pelbagai pengalaman
bersenang-senang dengan sepi
aku pun begitu juga tatkala berada di rumah masa depan
serupa ibu tunggal, ditinggal hidup atau mati ?
(sungguh kasihan)
mengenderai perjuangan hidup sendirian
demi esok ada makanan buat disuap
ke mulut anak-anak

seperti hari-hari yang tertinggal di belakang
menjadi sejarah yang sarat bunga
atau melekat pada kaca jendela yang pecah
o…cukup melukakan
terakam di matamu
namun belum sempat kuterjemahkan sepenuhnya
luka apa yang sedang kaugeluti?

Karya,
Mohd Adid Ab Rahman

Disiarkan: 20 – 26 Disember 2009 WASILAH

BESOK TAHUN BARU

kembang itu pun sampai di ujung senja menutup pintu
kalendar musim tercampak ke lidah kelu
orang beriman tak kan berkata fitnah yang mengaibkan sesiapa
melainkan si pendengki berhati busuk
sekian tapak kaki membekas di jalan-jalan semalam
seperti sebuah catatan di helai-helai kertas
untuk dibaca atau dilupa?

besok tahun baru berbicara
usia menambah angka
perjalanan hidup perlu diteruskan
maka dari perkebunan semalam
petiklah buah-buah yang manis
dan air yang jernih
tinggalkan rumah usang
lorong-lorong kelam
jadikan sarapan pagi yang selalu memberi ingat
dan pembakar semangat
agar mimpi di kelopak mawar yang wangi
menjadi nyata di antara denyut nadi
ada pesta cahaya masa depan
diri teriasi budi pekerti terpuji
dalam dada takwa melangit tinggi
berteduh di bawah redup rimbunan pohon
keredhaan Tuhan; malam berakhir
dengan satu bintang

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Melaka.
Tersiar di BERITA HARIAN 19.12.2009

CERITA DI KAKI MALAM

CERITA DI KAKI MALAM

Setangkai kembang gugur ke lantai
menepati kolum jadual takdir
telah membuka cerita di kaki malam
yang menyaksikan bintang-bintang lindap;
si bayi kecil yang baru saja
didaftarkan sebagai penghuni bumi
kini tergeletak lesu di suatu sudut masjid
ibunya lesap dengan sejuta langkah
sepertinya menghindari rasa malu
lantaran menjadi ibu secara tidak sah
rela korbankan sifat kasihsayang
yang Tuhan bekalkan

Tatkala aku menatap si kecil
yang mulus pada kejernihan kaca sebelum dihinggapi
sebarang debu
maka padi diserang hama dan belalang
memperjorok raut wajah sawah
dan nasib petani
atau kepedihan sengsara mangsa gempa
yang hilang harta dan keluarga
hidup sebatang kara
telah meminjam sejuta hiris dari pisau
lalu terjunam ke dinding batinku

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka
Telah disiarkan dalam Wasilah
pada 6 – 12 Disember, 2009

BICARA BUAT TEMAN

BICARA BUAT TEMAN

i
giat melonggokkan harta emas
di kebun mimpi
akan hanya menjadi buih-buih di tepian
dilapah tidak berguna sama sekali
jika enggan mengeluarkan tenaga dari kantong
buat berusaha dengan bersungguh-sungguh
dan sabar ketika membuang duri-duri penghalang di jalan
selagi usia masih berada di bulan muda

ii
kaki tidak lagi melangkah di lorong-lorong kelam
yang dilarang
yang menawarkan kecelakaan sesat yang nyata
demi menggait bagaimana hidup yang wajar
di bawah naungan pohon merimbun
keredhaan-Nya

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Kota Bharu, Kelantan
3/12/2009
Telah tersiar di Suara Keadilan
8 – 15 Disember, 2009