Saturday, July 24, 2010

DALAM PENYESALAN BERPIJAR

sejauh perjalanan hidup membentang permatang panjang
aku tak henti-henti diburu
seribu dosa semacam mewarnai budaya buruk
lantaran iman yang berdegup
di deretan tanaman tumbuh terbantut
di tanah gersang yang begitu sayup dari hujan
bak pulau di tengah lautan
harapan pasti jadi sia-sia belaka
jika belum sanggup merempuh pelbagai badai & ombak

aku seringkali disapa suara
yang sarat kebimbangan yang kian membesar
dosa-dosa yang terlonggok
akan memperhebat contengan hina ke raut wajah
yang pasti mengundang sejuta murka-Mu
paling kutakuti

dalam penyesalan berpijar
aku menadah tangan pada-Mu, Tuhan
agar nanti Engkau temukan aku jalan terhindar seribu buruan dosa
dan berikan kekuatan iman yang gunung
agar segala suruh-Mu dapat kusempurnakan bilangannya
dan aku pun lahir sebagai sang hamba
yang mampu mencuri kasih rahmat-Mu

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Melaka
[tersiar di Majalah Wanita, julai 2010]

MENUJU IMPIAN DI SEBERKAS PELANGI

di rumah sunyi orang-orang enggan bercakap
seakan menyimpan rahsia besar di dasar paling dalam
inilah ruang geleparkan kenangan di api yang terjaga nyalanya

saat terkenang
pilu berkembang
dan airmata berlinang

aku menyulam doa wangi untuk diri
agar Tuhan tidak lagi menghantar aku ke sudut
nasib terjepit di sela-sela gerhana matahari
alam diselubungi kelam
semalam adalah hari-hari sukar bagiku
seperti kedamaian yang membanggakan wilayah ini
tiba-tiba terusir oleh keributan segerombolan insan lemah
berdemontrasi di jalan menuntut dikenyangkan perut yang lapar
tinggalkan cemas dan takut yang saling tumbuk-menumbuk
mengisi setiap relung perasaan penduduk

o… Tuhan
sorotilah setiap langkah kaki
menuju impian di seberkas pelangi
dalam rangkum ridha-Mu yang membiru

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Melaka.
2 Ogos, 2009

[Tersiar di URTV edisi 15 – 30 Jun, 2010]

PERADABAN MANUSIA TERLUKA SUDAH

i
bintang-bintang gemerlap
mengukur getar kegembiraan seseorang
jelas terbayang di air tenang
kini telah semakin meranggas dari wajahmu
oleh jauhnya perjalanan usia
usah bersedih, kawan
apakah kau tidak melihat
embun di pinggir daun
satu demi satu mengering saat matahari
semakin memanjat pohon tinggi?
lalu terimalah takdir Ilahi
seperti sarapan pagi
dengan penuh lapang dada

ii
namun kebejatan Yahudi
tak pernah mengurangkan angkanya
terhadap orang-orang di Palestin
saban hari bermandikan darah merah
tak pernah peduli
membutatuli
o…
peradaban manusia terluka sudah

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Selandar, Melaka.

[Berita Harian,Sabtu 12 Jun, 2010]

TERKENANG AYAHKU

Terkenang kesungguhan ayah mengerjakan sawah
demi untuk memintarkan anak-anak; doa-doa yang dilafazkan
dari rumah keikhlasan dan wanginya harapan
yang tersangkut di dahan pagi yang lunak
getar kesopanan orang-orang timur
tapi kini kian mencapai pucuk-pucuk layu

Perubahan cuaca ayahku tak pernah hiraukan
tetap membanting tulang dengan segenap tenaga yang ada
namun sikapnya segera berubah jika aku malas mengaji
“seorang insan mahu jadi apa besok
kalau tanpa ilmu?” ucapnya tegas

Setiap kali musim menuai tiba
ayahku tersenyum semanis sawah menguning
lalu syukurnya tak pernah lupa
dilepaskan ke langit

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Selandar, Melaka.


[Disiarkan di Utusan Melayu Mingguan 7 JUN, 2010]

DARI SOROTAN MATAMU

aku mencium bau kemeriahan pesta cahaya;
segolongan orang bergembira
setelah letih menangis didera derita
antara kemiskinan dan kegagalan dalam hidup;
menyerupai pelangi yang berkecimpung manja di kolam
yang airnya berwarna keikhlas hati
dan akhlak terpuji memang cukup mempesonakan
kini justeru kian dilupakan orang

dari sorotan matamu yang tak berhenti mengembara
dan bercerita mesra bukan tentang kekejaman rejim zionis
ke atas anak-anak Palestin
o…begitu mudahnya melukakan peradaban kemanusiaan
kecuali masa depan yang manis selalu singgah di senyumanmu
kata-katamu bagai bulan yang tak pernah kasar pada malam
saat menerimanya hatiku berbunga-bunga

lihatlah langit waktu malam
padat kerdipan sejuta bintang
aku menemukan-Mu, Tuhan
yang Maha Berkuasa dan Maha Penyayang

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[UTUSAN MELAYU MINGGUAN
21 JUN, 2010]

MENUJU KEBEKUAN

matahari kian menguasai catatan suram
memadam pelita di sudut; alangkah baiknya
perangai buruk paling sempurna ditinggalkan
demi merengkuh diri yang berharga
di puncak gunung
yang sarat bunga-bunga kemuliaan

langkah kaki
menuju kebekuan
pada saat yang sangat pasti
sebelum embun pagi
yang basahkan daun secara percuma
menemukan lidah kelu
biarlah diri bersama sejumlah bekalan yang mencukupi
keperluan di hari yang abadi

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Selandar, Melaka.

[TERSIAR DI MINGGUAN WARTA PERDANA,
27 JUN, 2010]

SUNGGUH NGILU

1
sedu-sedan burung-burung kehilangan rimba
tempat tumpah darahnya gara-gara tangan-tangan manusia
yang hanya mementingkan perut dan poket sendiri
sungguh ngilu
orang-orang leka bermain-main di padang permainan
berhibur dan bersukaria semacam rama-rama & bunga
lupakan surau
tak ingat untuk berdoa pada Tuhan

2
lihatlah raut wajah di depan kaca
bukankah berkembang hanya sehari saja
selepas itu gugur
tinggalkan pohon
sungguh ngilu
jika diri dipenuhi debu-debu
yang jijik

3
sebelum penyesalan jadi sia-sia
sebelum airmata tak sedikitpun berguna
andamlah hati
dandanlah wajah
sehingga tampil sebagai sang hamba yang taat
menjadi insan yang sangat dirindui-Nya

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[Tersiar di Harakah edisi Jumaat 25 Jun 2010]

KEPADA BENING SUBUH YANG MENGALIR

kepada bening subuh yang mengalir ke arah muara,
aku hanyutkan hati; puisi yang garing
tergeletak di lantai;
padang tandus; orang-orang lalai
sungguh tak berguna di muka bumi ini
biar melukis langit pagi
yang sarat warna dan cahaya takwa

akan kuhadapkan dada kepada sepanjang sisa perjalanan
sampai bersua orang-orang yang patuh
yang tak lepas rangkum kasih dan redha-Nya

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Tmn Jus Perdana, Melaka.
24/11/2009

[Tersiar di Harakah 2- 4 JulAI, 2010]

PADA HAL INDUK AYAM PUN TAHU

si comel itu
yang belum ada calitan warna dan bercorak
baru saja sampai di dunia dari wilayah yang jauh
namun dicampakkan ke longgokan sampah duka
bersama sifat kasihsayang pemberian Tuhan bagi setiap ibu
dengan segala rasa tak perlu
lalu berlalu dengan langkah seribu
dengan harapan dapat mengunci pintu malu
lantaran terlanjur mengandung secara tak rasmi
gara-gara semalam gairah mengenyangkan nafsu
o…sungguh buruknya tingkahlaku manusia
menyimpang dari lorong-lorong Nabi

pada hal induk ayam pun tahu
mengembangkan kepak melindungi anak-anak kecil
memaknai arti kasihsayang yang sejati
yang tak berbagi-bagi

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Selandar, Melaka.

[Tersiar di Utusan Melayu Mingguan 5 Julai, 2010]

AZAM BULAN

azam bulan mengendap dalam batinku; seberkas
pesan yang tersorot dari lidah ustaz
: menyingkirkan sampah, najis dan duri dari jalan
adalah sikap terpuji asuhan para nabi
dan selalu insaf
jika usia sudah mengicau burung bertenggek di ranting tua
yang sebentar lagi bakal menemukan pelita terpadam di sudut

pasti hari ini aku lebih baik dari semalam
dan esok lebih baik dari sekarang
senantiasa berlomba untuk memeluk hamba yang taat
& jiwa kaya takwa
jalani amanah sang khalifah sebaik-baiknya di bumi ini
sebagai mana termaktub dalam peta kehendak-Nya
itulah azam bulan
di langit


karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Melaka.
[TERSIAR DI MEDIA TERKINI 15 JULAI, 2010]

KAMI RINDU KETAWA

kami bertungkus-lumus tanpa terminal bas
di kota yang miskin ketenangan yang hanya sedikit tersisa di genggaman malam
demi mendirikan rumah masa depan; sekuntum mawar tersenyum sang gadis
paling santun wangi sekelilingnya tak dimakan rayap
(yang sulit ditemukan di sela-sela daun
zaman moden dan serba canggih)
kalau pun tak mampu memilikinya
setidak-tidaknya kau berada di kerusi rasa kagum

kami sadar
hidup bukan untuk bermalas dan terhindar dari kesibukan berusaha
nescaya mimpi kan menjauh di dunia tak nyata! Tapi satu perjuangan
yang meminta pengorbanan demi pengorbanan yang tak bertepi
pada sebuah langit

kami sudah lama mengembara di keluasan padang sengsara
saban hari mengejar satu waktu kan menutup pintu
kami rindu ketawa
sesedap sinar purnama!

Karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[Berita Harian 17/7/2010]

SEBIDANG TANAH PUSAKA

Sebidang tanah pusaka
ditumbuhi kembang yang membawa lagu damai
hijau subur membayangkan akhlak terpuji
pakaian peribadi orang-orang kita sejak dulu
meniti megah di permatang kemajuan

gaya hidup masyarakat sudah berubah warna
dari gelap kepada wanginya tamadun manusia
mengikut arus zaman; janji tercetus lembut
di antara dua hati yang dimabukkan cinta
o…cukup mempesonakan

kita telah sepakat menuangkan bakti suci
pada sebidang tanah pusaka demi cinta
biar tidak mengalami peristiwa hitam mendung;
daun gugur; bulan gerhana di ranting kering
dan keperitan sungai mengalir di musim garing
kita tak kan biarkan
sejarah luka di jalan-jalan semalam
sebidang tanah pusaka
tergadai dan terseksa di bawah kerakusan
sang penjajah

karya,
mohd adid ab rahman
smk selandar, melaka.

[TELAH DISIARKAN OLEH BERITA HARIAN
24 JULAI, 2010]

MALAM BASAH SELEPAS HUJAN

malam basah selepas hujan begitu sepi dan dingin
di wajahmu sudah sekian musim mengeja luka
seperti kenangan yang tersangkut di ranting kering
pohon digodam kemarau yang bertamu
dalam keangkuhan tak tertahan
seringkali mencacah hatiku

harapan yang mengisi kolum hati
akan menghilang bersama sejuta kecantikannya
seperti asap
seperti air yang meresap
jika tidak dikejar dengan tekun dan sabar
atau tak sanggup bertarung dengan onak & ribut
yang menterjemahkan kepayahan-kepayahan yang menyakitkan

sekuntum mawar tersedu-sedu
di atas pusara
keindahannya pada seribu pujian dan sanjungan
terlanjur menyentuh layu sebelum hari benar-benar senja
milik siapa?

Karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Tmn Jus Perdana, Melaka

[Tersiar di Majalah Perempuan Julai 2010]