Monday, June 13, 2011

AKU DATANG KEPADAMU



beberapa suram singgah di kelopak senyummu
telah menjadi suatu pagi yang diguyuri hujan
itukah gambaran derita
kedamaian negeri yang bernyanyi berterbangan ke ranting kering
dirundung demontrasi jalanan sejumlah penduduk yang merasakan tertindas
agar suasana merantai hidup segera dilepas

aku datang kepadamu
bersama perahu penuh muatan ubat penawar
agar senyummu kembali meniti pelangi seusai hujan
menyinar bulan waktu malam;
kehidupan yang menarik dan cantik
terkandung dalam doa
dan harapan kita

bukan aku ingin menyabit cintamu
tapi sekedar menikmati kembali keindahan senyummu
yang mengobarkan semangat untuk aku lebih kuat bekerja
dan dapat mematahkan sayap kesepian di rumah usang
yang begitu akrab denganku

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Selandar, Melaka

[Tersiar di SELEKTIF 15 MAC 2011]

AKU INGIN BERBUAT BAIK PADA DIRIKU

aku ingin berbuat baik pada diriku
menumbuhkan sejuta kembang yang kaya harum di halaman kalbu;
pagi begitu bening bagai suara memuji Tuhan
Penguasa langit dan bumi
atau kata-kata yang berhikmah
tidak pernah meniup angin kasar
suburkan tanah garing pada budi pekerti
menjelma satu keajaiban
siapakah yang tidak ingin datang
menawarkan seungkap kemesraan
untuk bersahabat?

aku ingin berbuat baik pada diriku
mendengar segala nasihat dan pesan-Mu dengan cukup hati-hati
agar diri menjelma doa suci;
dosa pun tumpah di ujung taubat nasuha
kerana Engkau memang Maha Pemaaf

aku ingin berbuat baik pada diriku
menjadi kekasih-Mu
setelah diri sebati dengan takwa

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[telah tersiar di Utusan Melayu Mingguan 7/3/2011]

SENJA INI

senja ini menampilkan warna baju yang lusuh
secarik kabar kuterima darimu lewat facebook
seseorang yang hampir menemukan kiamat baginya
burung tua bertenggek di ranting kering
dalam sejuta suara keinsafan
tekun mengumpulkan sebanyak mungkin bekalan
untuk sebuah kehidupan di alam terakhir
yang tak lagi berakhir

kau ingin kembali ke kampung asal
setelah bertahun-tahun berpisah
demi memburu bintang cemerlang di langit
seperti orang-orang ketawa dalam rumah bahagia
tapi tidak selalunya terletak pada kereta besar atau banyak harta
namun nyatanya justru terlanjur salah memilih lorong
yang hanya menjanjikan bau asap dan hanyir darah

syukurlah kau tidak terus terlarut
dalam kebingungan yang memperpanjang
tali dukalara

senja ini
ada bunga yang gugur
semacam pelita padam dalam hujan mengguyur
namun jangan bersedih
sebab nanti di kaki malam
ada bintang yang tak ingkar untuk bersinar
baktinya ternyata suci benar


karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[tersiar di Media terkini 15 Mac, 2011]

Sunday, March 13, 2011

AKU MENGUASAI SEPERTIGA MALAM

aku menguasai sepertiga malam
bercengkerama dengan pohon-pohon sepi yang tumbuh
bergelimpangan di lantai sayap-sayap suara mematah seribu ranting
seperti gelas pecah setelah pergaduhan di dapur

aku sempurnakan tahajud
dalam wangian cinta
dengan memperkecil diri dan hati
serendah-rendahnya
agar Tuhan di depan
kurasa benar-benar TINGGI tak tertandingi

doa dari sejuta mawar
yang disukai para malaikat pun bidadari syurga
kulantunkan
agar nanti Tuhan tidak lupa memberi keampunan
dan hidup sentiasa menapaki padang kudus
yang dipenuhi keredhaan-Nya
bak kilau dari bening embun
sewaktu matahari tekun memeriahkan pagi

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka

[tersiar di Mingguan Malaysia 27/2/2011]

Friday, February 11, 2011

LEBIH BAIK KITA NAIKI KAPAL BERSATU

perbalahan yang terlanjur menyala; rumah-rumah
diserbu kebakaran tak terduga (akibat kecuaian atau takdir?)
atau saja dicetuskan atas nama marah & dengki
tak lebih hanya menyisakan perpecahan
berkecai kaca di lantai; hati siapa digodam kecewa?
sabarlah dengan segala macam cobaan hidup!

akan melemahkan kekuatan ummah
dan mengeja huruf-huruf sikap membangkai
saling tidak percaya & lesapnya semangat anai-anai
yang mempraktikkan suasana bantu-membantu
di pentas kehidupan

lebih baik kita naiki kapal bersatu
merungkaikan simpulan-simpulan tali
yang berserakan dalam masyarakat
demi kehidupan yang melapang langit
sejahtera tersenyum perawan jelitawan
dalam jaringan bahagia yang tak terkata

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Selandar, Melaka.

[Tersiar di Media Rakyat 12 Februari 2011]

SEHARUSNYA BILA TERBUKA TABIR TAHUN BARU

seharusnya bila terbuka tabir tahun baru
kita sudah memenuhi dewan berasa sesal dan pilu; 40 hari
suasana berkabung dihirup
atas usia yang tergelincir semalam
diselubungi sejuta asap
lihat saja sekumpulan kerbau bergelumang dengan lumpur kelabu
menyembunyikan rupa yang sebenar

berlarilah sejauh-jauhnya daripada terpalit aktiviti
meraikan kedatangan tahun baru
dengan perbuatan tak berkualiti
atau menghidupkan program membangkai
yang ketara membabi buta melanggar batas hukum
dan mencalar wajah ketimuran
yang mulus sebagus gadis manis
masih meniti permatang bening
embun bersiul-siul
di jendela dinihari

seharusnya bila terbuka tabir tahun baru
kita sama-sama sepakat mengisi petak sangat bersyukur
atas diberi-Nya peluang sekali lagi
untuk hidup menuju pengabdian sejati

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Selandar, Melaka

[TELAH TERSIAR DI HARAKAH 4 FEB 2011]

Tuesday, February 1, 2011

LUKA NASIB

luka nasib bercerita rekah sawah
menerima sejuta tikam pemberian kemarau
yang berjalan di permatang panjang
sisakan ribuan bilur miris
sakit teriris
di hati para petani

tak juga mau padam perumpamaan bara dihempas hujan deras
atau si bocah kecil kepenatan tertidur pulas
lupakan sekawan rama-rama yang dikejarnya
di laman rumah tadi sore

apakah tak ada ruang dan peluang bagiku
mencelahi sekelompok keluarga yang gelak ketawa
di ujung sengsara membangkai
padahal burung-burung ada senjanya untuk pulang ke sarang
angin pun tidak selalu bertiup satu arah
begitu juga sungai mengalir sampai muara di mana ada
namun luka nasib
sepertinya tidak tahu membaca fenomena itu

namun aku tetap bekerja kuat
mempersolek raut wajah nasib
sehingga tersentuh bulan dikalungi seribu wangi
dari kembang yang disukai bidadari
segala ranjau di jalan kutapaki dengan tabah & bijaksana
kiranya Tuhan ingin mengukur iman
apakah berada di gunung
atau hanya tergantung di ranting kering
menanti patah?

Karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka

[telah tersiar di Berita Minggu 23/1/2011]

DUNIA HARI INI SEMAKIN MIRIS

i
dunia hari ini semakin miris
melihat pohon-pohon kegelapan tertanam subur di kebun
seperti kesibukan kota raya
kalau seluruh pengguna jalan yang bersimpang-siur
tidak mematuhi peraturan yang telah dibulati
selalu mengundang kecelakaan
yang mengoyak hati sesiapa

ii
orang-orang kian merapati sikap liar
melepaskan pucuk masing-masing ke langit
tidak memandang lagi dari sudut ke sudut
tentang ketimuran yang luhur
lupa berdoa pada Tuhan berlagak sombong
pada hal masih berada di bawah langit biru
yang tinggi kepunyaan-Nya

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Selandar, Melaka.

[Tersiar di Siasah 28/1/11]

PESAN ATUK

1
Pesan atuk
jika kepala mulai dipenuhi uban
itu tandanya mengidap penyakit tua yang tak berubat
maka taubatlah sebelum terlambat
sebelum nafas tersumbat

2
Pesan atuk
jika matahari sudah tinggi
namun masih dalam selimut bermimpi
itu tandanya sengaja menolak rezeki
maka bangun berusahalah sebelum tubuh melemah

3
Pesan atuk
jika dikurniakan banyak harta
namun tidak pandai menguruskannya
itu tandanya mengundang celaka
maka lebih baik bermohon kepada Tuhan
agar diri menjadi miskin
tentu akan kaya kebahagiaan

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[telah tersiar di Majalah Solusi isu 28 Feb 2011]

Saturday, January 22, 2011

DIRI YANG KOTOR DIHINGGAPI DEBU-DEBU DAN BERDAKI

Lihatlah sampah-sarap berselerakan tanpa mengenal huruf
disiplin di sekolah, telah mencemarkan pemandangan alam sekeliling
yang cantik seharusnya disyukuri dengan keinsafan
cukup untuk aku mengatakan penjelmaan sikap buruk
dan tidak bertanggungjawab sesetengah penduduk

Diri yang kotor dihinggapi debu-debu dan berdaki
perlu segera berlari tanpa toleh
tak suka singgah
menghantarnya ke sudut
membasuh sebersih-bersihnya
seperti leburnya hasad
diinjak keikhlasan di hati
sehingga menjelma lelaki yang dikasihi Tuhan
dan terbina jembatan keakraban dengan-Nya

Karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[Tersiar di Majalah Pendidik edisi Jan. 2011]

SUDAHKAH KAU BERLARI KELUAR?

ternyata masih berbaki di kalangan kita
yang betah dan mudah memilih
untuk berada di kamar
suka memintal dan memutar kata-kata
lalu terbentuklah raut wajah pendustaan yang keji
demi mengisi saku baju
kepentingan diri juga mengenyangkan nafsu
tak terbatas sebenarnya

bukanlah budaya orang-orang mukmin
tak secuit pun ingin mendengar
suara suci dari halaman syariat
yang menawarkan seribu mawar kebaikan

sudahkah kau berlari keluar
menyalami orang-orang yang jujur
tidak berkata-kata melainkan yang benar?

karya,
Mohd Adid Ab Rahman

[Tersiar di Media Terkini, edisi 15 Januari, 2011]

DI GAPURA MUSIM BARU 2 0 11

berada di warung tak terasa
o… begitu lekasnya jarum musim
memutar roda kereta
seperti menyembunyikan bunyi detak langkahnya
tahu-tahu kita sudahpun
di gapura musim baru 2011
yang mempergelar padang waktu
untuk dijejaki kiranya dengan azam unggu
dada menyala waspada
semangat menegak gunung

di musim baru ini
kita menghitung kembali jejak-jejak lalu
yang tertinggal di jalan semalam
melihat raut wajah di cermin
lantas bacalah kekurangan berapa?
yang salahnya apa?

mari kita buru senyum kebahagiaan
pada bintang-bintang ketawa di kolong langit
tanpa bertangguh
sebab betapapun cantiknya istana impian
jika tiada usaha gigih membinanya
akan jadi sia-sia belaka
lihatlah buih-buih yang memutih molek di segara
akhirnya pecah tidak sedikitpun berguna.

Nukilan,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar.


[Tersiar di Harakah edisi 3 – 6 Januari, 2011]

Saturday, January 15, 2011

OH ALANGKAH MALUNYA AKU DI BUMI-MU

puji dan syukur mengambil degupan ombak laut
tanpa pelabuhan atau angin tersangkut
bagi-Mu, Tuhan

yang selalu berbaik denganku
mengajar segala huruf kebaikan
aku mendengar lantas segera melakukannya
hanya kadangkala bertamu juga mendung di kolong langit
aku tercampak ke detik-detik terlupa
menjadikan tidak mampu menyempurnakan semuanya
namun Engkau tetap pemaaf atas segala dosa
walau bintang-bintang di langit tak terjumlah banyak

telah pelbagai nikmat yang sulit diukur
Engkau tuangkan ke gelasku
sehingga sejauh nafas diiringi harum mawar
tanpa derita seperti warna rama-rama sangat cantik
jika sekali aku tidak solat misalnya
oh alangkah malunya aku di bumi-Mu
melebihi takutku pada azab-Mu yang sangat pedih

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[Telah tersiar di Utusan Melayu Mingguan 27 Disember, 2010]