Saturday, January 30, 2010

2009

masa berlari terus...

tanpa perhentian bas

tiada kapal berlabuh

hujan pun teduh

kini musim baru 2009

bertenggek di ranting

membeberkan hari-hari

yang penuh liku dan duri

untuk dijejaki kiranya dengan diri yang gagah

dada penuh waspada & tabah

nyala semangat waja yang menjulang

agar supaya tidak lagi kecundang

dalam mengejar sekuntum mimpi yang mawar

hidup yang terhormat

tiada lagi air mata orang-orang bangsat!

di musim baru ini

kita menghitung kembali jejak-jejak

yang tertinggal di jalan semalam

melihat wajah terpantul di cermin

lantas bacalah

kekurangan berapa?

yang salahnya apa?

kita kutip kuntuman senyum yang gugur

semanis bintang-bintang ketawa di kolong langit

tanpa bertangguh

sebab betapapun cantiknya harapan

jika tiada usaha gigih akan jadi sia-sia belaka

lihatlah buih-buih yang memutih molek

akhirnya pecah-berderai

apa gunanya?

Nukilan,

Mohd Adid Ab Rahman

SMK Selandar.

UTUSAN MELAYU MINGGUAN

JANUARI 2009

SURAT-SURAT-MU


tiada yang lebih indah

selain keindahan ukiran bahasa surat-surat-Mu

tiada yang lebih bahagia

selain kebahagiaan sehabis membaca surat-surat-Mu.

surat-surat-Mu kubaca berulang-ulang

rindu dan iman kian bertambah

kebahagiaan jadi melimpah-ruah

surat-surat-Mu akan kubaca berulang-ulang

sampai masanya aku pun terpaksa berangkat pulang.

Karya,

Mohd Adid Ab Rahman

SMK Selandar, Melaka.

Tersiar di Wasilah: 8 – 14 Nov 2009

KITAB TUA

kau kitab tua

seperti di rumah semalam juga

tergeletak sepi tanpa disentuh

sepertinya bernafas dalam udara padat seribu debu

lalu orang-orang giat membina hidup

tanpa nasihat dan petuamu

mereka lebih betah memilih tuntutan nafsu

yang berjanji hidup disaluti madu

padahal nasib buruk padam seribu lampu

bagi sebilangan insan

yang mahu bermesra dan mengakrabimu

dengan rasa sangat perlu

dada terisi pasti

diri terias akhlak terpuji

hidup selamat & berkat

di dunia & akhirat


karya,

Mohd Adid Ab Rahman

SMK Selandar, Melaka.

Telah tersiar di Harakah 16/11/2009

DALAM SENYUMMU

Dalam senyummu di langit pagi

memancarkan pesan & petua agar perjalanan hidup

tidak menelusuri lorong-lorong kelam

yang menyembunyikan segala kebenaran

aku belum mampu terjemahkan sepenuhnya

apakah itu gamitan cinta orang muda

atau sekadar jambatan mengajakku bersahabat?

namun yang pasti tereja di helaian kertas

sebuah kejujuran yang tak dapat dibeli

dengan emas atau wang.


Aku pun suka dengan bau senyummu

yang sukar kutiru

dalam kabut derita

yang mencengkam hati perasaan

bak langit disinggahi musim tengkujuh

berikan segumpal bimbang pada hati nelayan

dan si penoreh getah

di sudut rumah kemiskinan


karya,

Mohd Adid Ab Rahman

Selandar, Melaka.

24 Okt 2009

Tersiar di Suara Keadilan pada Nov. 2009

BERADA DI PINGGIR KALI

saat berada di pinggir kali

jauh dari segala bising & riuh

tak tidur seorang tua uzur menahan sakit

setia menyertai warna-warna kota;

membludak pendatang-pendatang dari pelbagai pelosok

mendarat di tanah semenanjung

tak terbendung

untuk mencari emas

dan tak kurang memberi cemas

kini dalam rangkum ketenteraman

saat berada di pinggir kali

yang membelah kampungku seperti semalam juga

setia mengalir jernih; ucapan penuh jujur

tak ada penipuan dan fitnah

yang hanya memperbuncah perpaduan ummah

aku teringat rupa rumahmu

yang pernah kupersembahkan cinta paling biru

di celah-celah jejak-jejak jam semalam

kini telah patah dahan pohon

dihempas ribut keras

saat berada di pinggir kali

aku memancing mimpi manis

besok bernikmat dengan sebutir bintang

lalu menyusun langkah menuju tempat

bersama doa

akhirnya waktu datang menyampaikan aku

karya,

Mohd Adid Ab Rahman

Selandar, Melaka.

151109

Telah disiarkan Dalam Tabloid

Konsep Era Pakatan, Bil 14

16 – 31 Disember, 2009

MEMBELI SENYUM DI BIBIR

sepanjang malam kami terus giat menyusun kembali
huruf-huruf yang menggambarkan langkah-langkah tersasul
di jalan kemarin
untuk membeli senyum di bibir
yang memancarkan bunga-bunga wangi
seribu nyanyian pagi
hati yang diselubungi salam sejahtera

kami rindu
perlu meneruskan perjalanan
di padang hidup
yang penuh kehijauan ridha Tuhan
sebelum kami benar-benar sampai perhentian
di mana tak seorang pun yang tersingkir

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

Disiarkan dalam Majalah Jelita
Januari 2010

PAGI

pagi selalu tampil bersama sebutir bintang
kecuali bila langit demam dan terbatuk-batuk
lalu membentangkan padang
buat manusia bekerja menggali lombong emas
menyempurnakan mimpi yang pelangi
hidup sewajarnya
di luar pagar menghuni rumah kemiskinan;
hanya bunga layu
tak siapapun sudi memberi acuh dan prihatin
melainkan orang yang benar-benar menghayati
irama & lirik lagu persaudaraan di bawah satu akidah

kulihat seorang anak muda yang kuat tenaga
di hatinya ada rekah cita-cita mendandan wajah
negara jaya
kadangkadang gadis rupawan yang polos
di kelopak senyumannya terselit harapan
bulan sedang kelihatan manis
dan doa kudus yang kulantunkan setiap seusai solat

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

Suara Keadilan
Disiarkan pada: 29 Dis 2009 – 5 Jan 2010

Monday, January 25, 2010

EL-MAUT

suara derap langkahnya terperangkap dalam jaringan sunyi
di lorong penuh tak mengerti;

seanggit kata-kata terlipat di puncak paling rahsia
tanpa lampu isyarat dan dentang loceng
bila waktunya telah
ia kan sampai di muara secara tiba-tiba
perjumpaan yang cukup tak disangka-sangka
menyebabkan tidak seorang yang terjerumus ke lembah kelupaan
ketimbang yang bertimpuh atas sejadah berzikir waspada

besok pagi matari tak berbohong bangkit
dalam dingin embun; datangnya tak tertahan
mengetuk pintu rumah
kau, aku atau semua orang
tiada yang terhindar menyedut udara Tuhan
(ini pun nikmat yang selalu dilupakan orang untuk disyukuri)

ah…tak kiralah rumah siapa yang dulu diketuk
yang paling inti
perbekalan dan keperluan sudah diperlengkap
ketika ia pasti datang
membawa kita ke mana pulang

karya,
Mohd Adid Ab Rahman’
Selandar, Melaka.

210509

Tersiar di Harakah 11 Jan. 2010

LIRIK SENYUMAN IBU

Menatap lirik lagu senyuman ibu
terselit cuaca pagi yang cerah dan tenang
yang dirindu sejuta burung
bagi memburu rezeki semua perut
Tuhan Maha Pemurah taburkan di bumi
ada suara kasih sayang dan ketabahan
dalam pertarungan melawan duka
lalu jiwaku pun diziarahi seribu bianglala
terhantar ke rumah berasa bahagia

ketika jarak tercipta
bukan sengaja untuk berjauhan
seperti selalu rindu ini
pada bulan mengambang
cahayanya yang lunak
memenuhi kolong langit dalam kalbu

besok aku akan pulang
sebaik saja dapat kutakluki
sebuti bintang
untuk malam-malam kita
agar lirik lagu senyuman ibu
tak mengalami musim gugur
tetap dapat kutatapi
tetap dapat kunikmati

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Media Terkini 1 Februari 2010.

BULAN TAK PERNAH BERSIKAP KASAR

bulan tak pernah bersikap kasar
pada malam bahkan justeru amat pemurah
menaburkan sinarnya yang sedap; mawar tatkala
berkembang mekar menebarkan bau harum;
kata-kata lemah-lembut
penuh nada membujuk dan berhikmah
wajar meriasi diri
lantaran mampu merawat resah,

kecewa dan pilu siapa saja
luka di jari didatangi balut
tawarkan sejuta tawa

sesungguhnya jika bulan tak muncul
bergetarlah rindu di relung malam
penantian jadi sesuatu yang menyakitkan


Karya,
Mohd Adid Ab Rahman
MEDIA TERKINI
Disiarkan: bil 309 1 Jan 2010

SEPERTI HARI-HARI YANG TERTINGGAL DI BELAKANG

dari susunan buku-buku lama di sudut perpustakaan
kutemukan seorang tua yang telah mengumpul pelbagai pengalaman
bersenang-senang dengan sepi
aku pun begitu juga tatkala berada di rumah masa depan
serupa ibu tunggal, ditinggal hidup atau mati ?
(sungguh kasihan)
mengenderai perjuangan hidup sendirian
demi esok ada makanan buat disuap
ke mulut anak-anak

seperti hari-hari yang tertinggal di belakang
menjadi sejarah yang sarat bunga
atau melekat pada kaca jendela yang pecah
o…cukup melukakan
terakam di matamu
namun belum sempat kuterjemahkan sepenuhnya
luka apa yang sedang kaugeluti?

Karya,
Mohd Adid Ab Rahman

Disiarkan: 20 – 26 Disember 2009 WASILAH

BESOK TAHUN BARU

kembang itu pun sampai di ujung senja menutup pintu
kalendar musim tercampak ke lidah kelu
orang beriman tak kan berkata fitnah yang mengaibkan sesiapa
melainkan si pendengki berhati busuk
sekian tapak kaki membekas di jalan-jalan semalam
seperti sebuah catatan di helai-helai kertas
untuk dibaca atau dilupa?

besok tahun baru berbicara
usia menambah angka
perjalanan hidup perlu diteruskan
maka dari perkebunan semalam
petiklah buah-buah yang manis
dan air yang jernih
tinggalkan rumah usang
lorong-lorong kelam
jadikan sarapan pagi yang selalu memberi ingat
dan pembakar semangat
agar mimpi di kelopak mawar yang wangi
menjadi nyata di antara denyut nadi
ada pesta cahaya masa depan
diri teriasi budi pekerti terpuji
dalam dada takwa melangit tinggi
berteduh di bawah redup rimbunan pohon
keredhaan Tuhan; malam berakhir
dengan satu bintang

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Melaka.
Tersiar di BERITA HARIAN 19.12.2009

CERITA DI KAKI MALAM

CERITA DI KAKI MALAM

Setangkai kembang gugur ke lantai
menepati kolum jadual takdir
telah membuka cerita di kaki malam
yang menyaksikan bintang-bintang lindap;
si bayi kecil yang baru saja
didaftarkan sebagai penghuni bumi
kini tergeletak lesu di suatu sudut masjid
ibunya lesap dengan sejuta langkah
sepertinya menghindari rasa malu
lantaran menjadi ibu secara tidak sah
rela korbankan sifat kasihsayang
yang Tuhan bekalkan

Tatkala aku menatap si kecil
yang mulus pada kejernihan kaca sebelum dihinggapi
sebarang debu
maka padi diserang hama dan belalang
memperjorok raut wajah sawah
dan nasib petani
atau kepedihan sengsara mangsa gempa
yang hilang harta dan keluarga
hidup sebatang kara
telah meminjam sejuta hiris dari pisau
lalu terjunam ke dinding batinku

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka
Telah disiarkan dalam Wasilah
pada 6 – 12 Disember, 2009

BICARA BUAT TEMAN

BICARA BUAT TEMAN

i
giat melonggokkan harta emas
di kebun mimpi
akan hanya menjadi buih-buih di tepian
dilapah tidak berguna sama sekali
jika enggan mengeluarkan tenaga dari kantong
buat berusaha dengan bersungguh-sungguh
dan sabar ketika membuang duri-duri penghalang di jalan
selagi usia masih berada di bulan muda

ii
kaki tidak lagi melangkah di lorong-lorong kelam
yang dilarang
yang menawarkan kecelakaan sesat yang nyata
demi menggait bagaimana hidup yang wajar
di bawah naungan pohon merimbun
keredhaan-Nya

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Kota Bharu, Kelantan
3/12/2009
Telah tersiar di Suara Keadilan
8 – 15 Disember, 2009