Wednesday, December 15, 2010

BUMI PALESTIN

Bumi Palestin
bernafas tersekat-sekat dalam cengkeram onak berbisa
merentasi keluasan gurun pasir cukup sukar
seakan tak menemukan lagi daun-daun malam
yang gugur di lidah kelu

anak-anak di dadamu terdera terus
agenda busuk zionis
yang telah lupus kemanusiaan
yang terlampau sempurna kebiadaban
ditindas di segenap sudut
ekonomi, kesejahteraan, kemerdekaan
setiap detik berbicara
bumi para anbia ini bermandikan darah
yang tumpah
begitu mudah
begitu murah

bumi Palestin
tersedu di langit berawan kelabu
seperti semalam juga, hari ini masih menunggu
kalau ada angin yang datang
lalu menyingkirkan awan duka
ke daerah paling jauh dan tersunyi
seperti terselit di doa-doa putih
kaum muslimin

Mohd Adid Ab Rahman
Selandar, Melaka
[Tersiar di Harakah 3 – 5 Disember, 2010]

DEMI MENGGENGGAM SEKUNTUM MAWAR KASIH-NYA

tubuh-tubuh pasir diinjak matahari yang berang, terdera perih
perumpamaan seruan cinta yang tidak disahut
berkumpul membentuk seonggok kecewa di hati
menjadikan aku seringkali bermimpi
nanti suatu ketika menakluki seorang insan yang tersenyum
tak pernah selesai meniti setiap degup ombak laut
atau menemukan seseorang yang berada di rumah berasa lapang;
sang hamba dengan rindu menyahut panggilan kaabah
kemudian pulang bersama haji mabrur
memang buruan para solihin
yang kasihnya pada Tuhan begitu ranum
yang jaraknya dengan Tuhan sudah tenggelam
di lautan sunyi terdalam

aku tetap tabah menelan kepahitan hidup
redha dengan setiap apa yang ditakdirkan
seperti tetamu-tetamu Allah yang bertamu di Baitillah
memeriahkan musim haji
telah merengkuh jarak perjalanan yang jauh
tinggalkan kampung dan keluarga tercinta
harta kekayaan & pelbagai perhiasan dunia
demi menggenggam sekuntum mawar kasih-Nya
dan diri telah tersingkir dari segala dosa

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[Selektif Disember, 2010]

LAGU SEPI

malam menggelarkan lagu sepi
pada daun-daun yang terlupa untuk bergetar
setelah angin tersangkut di dahan lena

lagu sepi
yang menikam tangkai hati
sesakit belati
mengirim seribu tusuk
ke rusuk

ketika dalam peluk malam begini
rinduku berbunga
pada keroncong kebahagiaan
kaki jejak pulau
setelah sekian lama
berhempas pulas melawan badai ombak
di tengah lautan

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, 77500 Selandar,
Melaka.

[tersiar di Majalah urtv 15 – 31 disember 2010]

NYALA KERINDUAN DARI SURIA BERSINAR DI UFUK TIMUR

i
nyala kerinduan dari suria bersinar di ufuk timur
membangkitkan orang-orang kampung pergi ke sawah ladang
tak habis-habisnya memburuku perumpamaan seluruh ombak
bersalaman dengan pantai kukuhkan bangunan persahabatan
dalam setia gunung bak pahlawan gagah berdiri
menjaga kesejahteraan negeri sejak dulu

ii
sekelompok kedamaian membunga dan dentangan kebahagiaan
menaungi hidup yang kian memendek cerita
kini masih berada di kejauhan kaki langit
yang selalu kau pandang
bagai hari semalam
tak tercapai tangan

iii
ketika darah sunyi menetes
aku selalu didatangi sekawan tanya
bilakah agaknya kebahagiaan hakiki mengembang mawar
yang sekian doa terselit pada kelopaknya
akan benar-benar meletus?
agar aku pun dengan cukup gairah menyesapinya
lalu lupakan segala kesengsaraan seperti kelabu
yang seringkali menodai awan musim tengkujuh
sesakkan nafas hidup nelayan, petani dan penoreh getah!
kemudian kerinduan menjadi sangat nyenyak
di katil hati

Karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[Tersiar di Majalah Perempuan Disember Bil 246 2010]

AKU DIBURU SEKELOMPOK INGIN

pernah seikat mawar tersodor dari kata-katamu
penuh pesan dan nasihat menjadi sejuta pelita
di dada malam yang kelam; dekat dengan orang-orang beradab
dalam warna langit yang tertulis surat cinta membiru;
o…damainya tubuh disentuh angin berhembus santun;
sesungguhnya bening malam di perdesaan
tak pernah bersikap kasar; jiwa para solihin
tak mungkin menyikapi si pembantah yang tolol
hanya memiliki jambatan yang menghantarnya ke kota perhambaan
sudah lama patah & rebah

aku diburu sekelompok ingin
berkobar-kobar dan membesar
meninggalkan lorong-lorong suram dengan talak tiga
yang penuh dosa
yang menghitamkan raut wajah peribadi
lantaran pada keinsafan
kutemukan seberkas suara suci
: sebelum langkah hidup terhenti
ciptakan sebuah keakraban dengan Tuhan
sisa usia menyusup ke kepak ketakwaan

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[tersiar di majalah SELEKTIF november, 2010]

DAN MOGA ESOK MASIH ADA

petang pun hilang dikuasai bekas jejak di jalan seusai hujan; hatimukah
yang leka memburu seribu lupa pada Tuhan yang selalu baik pada setiap insan
namun segelintir saja yang terjaga
belum tiba masanya terlambat untuk dibenah dan dikemaskini jarum jam
biar sungai-sungai yang kering bangkit dari lena menyuburkan tanah
beri laluan pohon-pohon untuk kembali terlibat berbunga dan berbuah manis
menjelma taman cantik
seperti siulan bahagia dan getaran keikhlasan
yang berpakat mencantikkan jiwa

langit kelihatan mulai terpasang bintang-bintang bagai sedang jatuh cinta
menggelar demonstrasi gumpalan cahaya yang mengagumkan
aku bersyukur
dapat menikmati kecantikan alam sekali lagi seperti semalam
dan moga esok masih ada

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar,
77500 Selandar,
Melaka.

[Tersiar di Mingguan Warta Perdana edisi 7 November, 2010]

BERTAHUN-TAHUN AKU DUDUK DI PELABUHAN

Bertahun-tahun aku duduk di pelabuhan hati berasa duka, sunyi dan resah
seperti daun-daun diusik angin siang atau malam
sambil membayangkan esok kan datang memberi segenggam sinar baru
menikmati enaknya kemurungan langit melesap di jiwa, menyisakan kebahagiaan
tak terkira
seperti kita menghabiskan waktu di meja makan tengah hari
semalam masih kuingat!

Karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[tersiar di Majalah JELITA edisi November 2010]

KABAR YANG KUTERIMA HARI INI

Kabar yang kuterima hari ini seperti pisau
yang mengirimkan sejuta tajamnya; gejala kesakitan
yang menyerang segala urat di tubuh
bunga yang dididik sejak mula tumbuh
sepenuh kasih sayang
kini direnggut orang
hatiku luka
dan aku menyebutnya catatan hitam
penuh cerita kapal-kapal karam di lautan
atau keindahan alam sewenang-wenangnya dilukakan
atas nama pembangunan

rama-rama cantik hinggap di kelopak mawar yang pemurah
peristiwa yang selalu dilihat
saat pagi
kini hatiku tidak mampu menggambarkannya
kecuali jejak-jejak duka
yang mengumpul sejuta bulan gerhana

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Taman Jus Perdana, Melaka.
[TERSIAR DI MEDIA TERKINI, EDISI 1 NOVEMBER 2010]

SATU PENCARIAN

aku telah habiskan jutaan langkah
yang tak disapa lelah
di kepanjangan permatang waktu yang membentang
buat menggapai harapan di bulan purnama
terselit cinta suci pada Ilahi
atau langit pagi terhindar pengalaman kecewa
berkecimpung ria di kolam tenang; peristiwa berbunga
sungguh memberi kebahagiaan tersendiri
bila dikenang
atau saat terkenang

namun sampai hari ini
belum ada ledak isyarat
satu pencarian ini akan mengunci pintu
seperti engkau mengatup buku
lalu tidur lena di ranjang
menyembunyikan saat lenyap derita
pada nyala api yang padam

takdirkah yang kejam
atau memang aku yang tak faham?

Karya,
Mohd Adid Ab Rahman
Selandar, Melaka.

[Tersiar di HARAKAH edisi 11 – 14 Oktober, 2010]

NAMUN MANUSIA SERINGKALI LUPA

setiap burung yang terbang
membawa getar rindu pulang ke sarang
tak terlepaskan seperti catatan rahasia peribadi
sehingga tak pernah jumpa embun di bawah terik matahari

namun manusia seringkali lupa berdoa pada Tuhan
serta degupi segala titah-Nya
hati telah menikmati sarapan tergoda bisikan duniawi
dengan keayuan seorang gadis
yang cuma sekedar burung yang hinggap di ranting pohon

senja adalah tempat burung memberhentikan karyanya
membayangkan usia sudah tercampak ke wilayah tua
namun manusia seringkali lupa tentang satu peristiwa
saat kematian boleh meletus bila-bila masa saja

karya,
MOHD ADID AB RAHMAN
SMK Selandar, Melaka.

[Tersiar di MINGGUAN WARTA PERDANA 9 OKTOBER 2010]

DOA YANG SELALU MENGALIR DARI SUNGAI KE SUNGAI

O…Tuhan
aku tidak pernah ingin berlari ke arah orang-orang suka membantah
bak matahari muncul di jendela saban pagi
atau daun terpaksa gugur bila sampai waktu dalam janji
dengan segala apa yang ditakdirkan
walaupun kadangkala ternyata tak memenuhi
keluasan padang kehendak di puncak hati

aku pun tidak upaya menghantar diri
dalam suasana mengumpati segala langkah hidup
yang telah dijalani

doa yang selalu mengalir dari sungai ke sungai
tanpa muara
Engkau mempersampai langkah kaki ke wilayah lebih taat
dan berikan laluan untuk lebih sibuk beribadat
bukan kerana bermimpi manis menakluki syurga-Mu penuh nikmat
bukan kerana gentar akan kedahsyatan azab-mu di akhirat
tapi demi hati benar-benar mewarnai ikhlas
pada bening embun yang menderas

O…Tuhan
demi cinta syahdu di langit biru
yang memiliki ketenangan yang terdalam
surat-surat-Mu kubaca berulang-ulang
tanpa koma, noktah
sampai aku lelah
dan rebah

karya,
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[Tersiar di HARAKAH edisi 4 – 7 Oktober, 2010]

KINI AKU SETIA MENDEGUPI HATI MENGHARAP

memandang kaki langit sayup-sayup menguasai jauh jarak
perumpamaan waktu terus berkobar dan memburu
tiada jeda hujan mengeja pelita padam
masih tersisa lagikah di hatimu, tuan
nyala marah dan dendam?

o…bertahun-tahun aku mengembara di keluasan padang sengsara;
sungai mengalir terbatuk-batuk dalam kepungan musim garing; bulan
di bucu awan bersinar gerhana memburu ranting kering
bersama ketabahan angin
sanggup merempuh apa saja halangan
untuk mencari seberkas sinar yang dipenuhi sejuta mawar
mengerumuni nasib
seperti dikelilingi orang-orang ketawa; tatkala dosa tumpah
di ujung taubat nasuha

kini aku setia mendegupi hati mengharap
besok akan lahir menyogokkan cahaya suci terselit di celah doa
meredamkan rindu
yang sudah terlalu lelah
oleh jauhnya berjalan

karya
Mohd Adid Ab Rahman
SMK Selandar, Melaka.

[TERSIAR DI UTUSAN MELAYU MINGGUAN, 4 OKTOBER 2010]